Dalam Kitab Jam’ul Jawami’ karya Imam Jalaluddin as-Suyuthi, terdapat kisah menarik yang menggambarkan pandangan tentang peran uang dalam kehidupan manusia. Kisah Khalifah Umar bin Khattab yang melihat seseorang sombong karena keturunan terpandangnya di Makkah, lalu Umar memberikan nasihat penting bahwa kemuliaan dan kewibawaan seseorang tidak hanya ditentukan oleh keturunan, melainkan juga oleh tiga hal.
Pertama, kesempurnaan dalam menjalankan agama Islam. Menunaikan kewajiban dan menjauhi larangan agama merupakan aspek penting dalam menunjukkan kemuliaan seseorang.
Kedua, memiliki akal yang cerdas. Kewibawaan seseorang dapat tercermin dari kecerdasan akalnya, yang mempengaruhi tindakan dan ucapan dengan bijaksana.
Ketiga, memiliki uang. Uang dianggap sebagai sumber kekuasaan, sebagaimana disebutkan dalam slogan populer “Kamu Punya Uang, Kamu Punya Kuasa”. Rasulullah saw bahkan telah meramalkan bahwa uang akan menjadi ukuran nilai agama dan dunia di akhir zaman.
Syekh Abdurrauf al-Munawi juga menegaskan pentingnya memiliki uang dalam menyokong agama dan urusan dunia. Memperkaya harta bukanlah hal tercela jika dilakukan dengan tujuan yang benar, seperti untuk mendukung agama dan menjaga martabat diri.
Dalam konteks ibadah, uang juga memegang peran vital. Dari persiapan haji hingga menunaikan shalat dengan layak, uang memfasilitasi berbagai aspek ibadah dalam Islam.
Dari penjelasan ini, dapat disimpulkan bahwa uang memiliki peran yang signifikan dalam kehidupan manusia. Slogan “kamu punya uang, kamu punya kuasa” bukan sekadar kata-kata viral belaka, melainkan mengandung makna mendalam tentang pentingnya peran uang dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Kisah Khalifah Umar bin Khattab mengingatkan kita akan pentingnya menjaga keseimbangan antara agama, akal, dan keuangan dalam meraih kemuliaan dan kewibawaan. Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur.