Dalam ajaran Islam, merawat dan menjaga anak yatim merupakan suatu anjuran yang sangat ditekankan. Anak yatim adalah individu yang kehilangan salah satu atau kedua orang tua, dan Islam mengajarkan untuk memberikan perlindungan dan perhatian yang besar kepada mereka. Nabi Muhammad saw sendiri tumbuh besar sebagai anak yatim, sehingga memberikan pemahaman mendalam mengenai pentingnya memuliakan dan mencintai anak yatim.

Al-Qur’an menegaskan larangan keras terhadap tindakan memakan harta anak yatim secara zalim. Allah SWT memperingatkan bahwa orang-orang yang melanggar larangan ini akan mendapat balasan yang sangat pedih, yaitu masuk ke dalam neraka. Menjaga harta anak yatim dan tidak merusaknya merupakan wujud kasih sayang dan rahmat Allah kepada mereka yang berada dalam kondisi lemah.

Dalam hadits, Rasulullah saw juga menegaskan bahwa memakan harta anak yatim termasuk dalam dosa besar yang dapat membawa kebinasaan bagi pelakunya. Tujuh dosa besar yang harus dihindari, termasuk di dalamnya adalah memakan harta anak yatim. Imam Ibnu Hajar al-Haitami menyebutkan bahwa tindakan ini dapat menyebabkan seseorang meninggal dalam keadaan buruk.

Agar terhindar dari dosa besar dan siksa neraka, penting bagi umat Islam untuk memperlakukan anak yatim dengan baik dan adil. Semua hak dan harta anak yatim harus diberikan dengan penuh keikhlasan dan tanpa penyelewengan sedikit pun. Al-Qur’an menegaskan pentingnya menjaga harta anak yatim dengan tidak menukar yang baik dengan yang buruk, serta tidak memakan harta mereka bersama harta pribadi.

Merawat dan menjaga anak yatim bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi juga amal mulia yang akan mendapat pahala besar dari Allah. Sebaliknya, melanggar larangan memakan harta anak yatim akan mendatangkan siksa yang pedih di akhirat. Semoga pemahaman ini mendorong kita semua untuk lebih mencintai dan memperhatikan anak yatim dengan sepenuh hati sesuai dengan ajaran agama Islam.