Haji merupakan salah satu rukun Islam yang harus dilaksanakan oleh setiap Muslim yang mampu. Meskipun beberapa orang mungkin terlihat mampu secara fisik untuk melaksanakan ibadah haji, namun ada yang kurang semangat untuk melakukannya. Beberapa alasan yang sering muncul adalah kurangnya kesiapan mental atau menunggu ‘panggilan dari Allah’.

Al-Qur’an mengandung beberapa ayat yang membahas tentang haji, salah satunya adalah surat Al-Hajj ayat 27 yang mengajak manusia untuk melaksanakan haji. Ayat ini dimulai dengan perintah agar Nabi Ibrahim memberitahukan secara luas dan kencang tentang pelaksanaan haji, sebagai tindakan untuk memuliakan tamu Allah.

Dalam ayat tersebut, Nabi Ibrahim diperintahkan untuk berteriak keras agar panggilan tersebut sampai kepada semua umat manusia, tanpa terkecuali. Respon setiap individu terhadap panggilan tersebut akan memengaruhi seberapa sering seseorang melaksanakan ibadah haji.

Dalam konteks ini, ketika seseorang menjawab panggilan haji, berarti ia siap untuk melaksanakan ibadah haji. Setiap kali seseorang menjawab panggilan dengan talbiyah ‘Labbaikallâhumma labbaik’, maka ia akan mendapatkan kesempatan untuk melaksanakan haji sesuai dengan respon yang diberikan.

Penting untuk menyadari bahwa Allah telah memanggil setiap umat manusia melalui perantara Nabi Ibrahim. Oleh karena itu, menunggu ‘panggilan khusus’ dari Allah bukanlah alasan yang tepat untuk tidak berupaya melaksanakan ibadah haji. Keputusan untuk melaksanakan haji adalah bagian dari kewajiban syariat yang harus dipenuhi.

Keyakinan akan panggilan haji seharusnya mendorong setiap Muslim untuk melakukan upaya nyata dalam melaksanakan ibadah haji sesuai dengan ketentuan syariat Islam. Sehingga, setiap langkah yang diambil dalam rangka melaksanakan ibadah haji akan menjadi amal yang diterima di sisi Allah.