- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Tradisi Salam dan Basmalah dalam Ceramah: Perspektif Berbeda di Kalangan Ulama

Google Search Widget

Dalam praktik berbicara di depan publik, terdapat perbedaan dalam tata cara membaca salam sebelum memulai ceramah atau pidato. Beberapa tokoh mengawali dengan basmalah, sementara yang lain memilih untuk membaca salam terlebih dahulu. Perbedaan ini menciptakan diskusi seputar tradisi yang sejalan dengan kalangan ulama Nahdliyin.

Beberapa ulama, seperti Prof. Muhammad Quraish Shihab dan Buya Yahya, mengutamakan basmalah sebelum salam dengan argumen hadits yang menekankan pentingnya memulai dengan bismillâhir raḫmânirraḫîm sebagai tanda kemuliaan. Di sisi lain, KH Ma’ruf Amin dan KH Miftachul Akhyar lebih condong mengucapkan salam terlebih dahulu, mengacu pada pendapat Imam Nawawi yang menyarankan untuk tidak membaca apapun sebelum salam sebagai bentuk penghormatan.

Persoalan ini juga terkait dengan kesunnahan dalam berbicara, di mana Imam Nawawi menegaskan bahwa pengucapan salam sebelum berbicara adalah sunnah dan dapat kehilangan kesunnahannya jika diawali dengan ucapan lain. Hal ini dianalogikan dengan shalat tahiyatul masjid yang sebaiknya dilakukan sebelum aktivitas lain di dalam masjid.

Perbedaan praktik ini juga tercermin dalam penempatan basmalah sebelum atau setelah salam. KH Ma’ruf Amin dan KH Miftachul Akhyar lebih memilih salam di awal untuk menjaga kesunnahan pengucapan salam, sementara Prof. Muhammad Quraish Shihab dan Buya Yahya lebih menekankan bahwa salam merupakan bagian integral dari ceramah yang mulia.

Meskipun demikian, penting untuk dipahami bahwa tidak semua perbuatan mulia harus dimulai dengan basmalah. Sebagaimana disebutkan oleh Syekh Ibrahim Al-Baijuri, ada konteks tertentu di mana basmalah sebaiknya tidak diucapkan sebelumnya, seperti dalam dzikir “لا إله إلا الله” atau saat memulai shalat yang harus diawali dengan takbiratul ihram.

Dari beragam perspektif ini, kita melihat adanya dua praktik yang berbeda terkait salam dan basmalah dalam ceramah. Namun, pada akhirnya, penting untuk menghormati tradisi dan keyakinan masing-masing ulama tanpa mengurangi esensi dari pesan yang disampaikan. Semoga kita dapat menjaga keragaman ini sebagai bagian dari kekayaan intelektual dan spiritual umat Islam.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

April 17

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?