Hari Tasyrik jatuh pada tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah, setelah Hari Raya Idul Adha. Dalam Islam, umat Muslim tidak diperbolehkan untuk berpuasa saat Hari Tasyrik. Pandangan yang diungkapkan dalam kitab-kitab terkenal seperti Fathul Mu’in dan Hasyiyah I‘anatut Thalibin menegaskan keharaman puasa pada hari tersebut.
Menurut Syekh Zainuddin Al-Malibari dalam Fathul Mu‘in, “Puasa pada Hari Tasyrik dan dua Hari Raya Idul Adha haram.” Sementara menurut Sayyid Bakri, Hari Tasyrik merujuk pada tiga hari setelah 10 Dzulhijjah, di mana umat Islam tidak diperkenankan berpuasa.
Pendapat yang berbeda muncul dari Imam As-Syafi’i, yang membolehkan jamaah haji tamattu tanpa dam untuk berpuasa saat Hari Tasyrik dalam ibadah haji mereka. Hal ini didasarkan pada hadits yang melarang puasa pada Hari Tasyrik, sebagaimana disebutkan dalam kitab Asnal Mathalib.
Hari Tasyrik dianggap sebagai hari untuk makan dan minum, di mana umat Islam dianjurkan untuk mengonsumsi daging kurban. Selain itu, Hari Tasyrik juga merupakan hari zikir, di mana umat Islam disarankan untuk melantunkan takbir setelah shalat lima waktu. Penyembelihan kurban dan takbir merupakan bentuk syiar agama yang patut dirayakan oleh umat Islam.