Thaharah memiliki peran penting dalam Islam karena merupakan cermin dari keimanan yang sempurna dan menentukan keabsahan ibadah shalat. Dalam hadits riwayat Imam Muslim, thaharah disebut sebagai bagian dari iman. Dalam kitab Shahîh Muslim, Kitâb al-Thâhârah, Bâb Fadhl al-Wudhȗ’ (Bab Keutamaan Wudhu), dijelaskan bahwa bersuci adalah bagian dari iman, serta pahala wudhu berlipat hingga separuh pahala iman.

Makna thaharah dalam hadits tersebut merujuk pada kebersihan dan kesucian, baik secara fisik maupun spiritual. Thaharah tidak hanya mencakup wudhu sebagai tindakan bersuci dengan air, tetapi juga mencerminkan pemurnian hati dan jiwa dari segala kotoran, baik lahiriah maupun batiniah.

Syekh Muhammad bin Ahmad bin Bathâl al-Rakbî menjelaskan bahwa thaharah bermakna kebersihan dan ketulusan. Hal ini juga diperkuat oleh ayat Al-Qur’an yang menyatakan pentingnya menyucikan diri dari perbuatan keji. Thaharah tidak hanya sekadar bersuci secara fisik, tetapi juga melibatkan pemurnian jiwa dari sifat-sifat negatif seperti dendam, iri hati, dan ghibah.

Dalam Islam, thaharah dianggap sebagai syarat sahnya shalat, sehingga thaharah juga dianggap sebagai sebagian dari iman. Tindakan bersuci sebelum shalat bukan hanya sekadar kewajiban ritual, tetapi juga merupakan ekspresi dari kepatuhan dan kesucian hati dalam menjalankan ibadah.

Sebagaimana disebutkan dalam hadits, wudhu yang dilakukan dengan baik dapat menghapus dosa-dosa kecil seorang muslim. Oleh karena itu, menjaga kebersihan dan kesucian tidak hanya berdampak pada tatanan lahiriah, tetapi juga pada kesucian batiniah seseorang.

Dengan memahami makna thaharah dalam Islam, kita dapat lebih memperdalam penghayatan ibadah dan meningkatkan kesucian hati serta jiwa dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Thaharah bukan hanya sekadar tindakan fisik, melainkan juga merupakan upaya untuk membersihkan dan menyucikan hati dari segala kejelekan.