Belakangan ini, marak keluhan terkait etika pembeli dalam transaksi jual beli online. Banyak calon pembeli yang menawar barang namun tidak jadi membeli, bahkan ada yang kembali menawar dengan harga lebih rendah setelah penjual menjual barang dengan harga rugi. Keisengan calon pembeli semacam ini menjadi sorotan.
Tidak hanya itu, fenomena Pemberi Harapan Palsu (PHP) juga sering terjadi. Calon pembeli yang memesan barang, menyetujui harga, namun kemudian kabur tanpa jejak. Penjual di platform jual beli online juga manusia dengan kesibukan lain. Mereka meluangkan waktu untuk berinteraksi dengan calon pembeli demi meraih sedikit keuntungan, namun seringkali ditinggalkan tanpa tanggung jawab.
Dari situ muncul pertanyaan, bagaimana seharusnya menjadi pembeli online yang baik? Apakah hanya mencari harga terendah tanpa memperhatikan sisi kemanusiaan penjual sudah cukup?
Dalam situasi seperti ini, penting untuk merujuk pada tuntunan Nabi Muhammad SAW dalam bertransaksi jual beli. Imam al-Bukhari menyajikan Bab as-Suhulah was Samahah fil Bai’ was Syirâ’ yang menggarisbawahi kesederhanaan dalam berbisnis. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari, disebutkan bahwa Rasulullah SAW mendoakan rahmat bagi orang yang santun dalam menjual, membeli, dan menagih utang.
Menurut Ibnu Batthal, hadits ini mengajarkan umat Islam untuk berperilaku baik dan santun dalam berbisnis serta berinteraksi sosial. Sikap murah hati, tidak pelit, dan menjaga hubungan bisnis dengan baik adalah kunci keberkahan dalam berbisnis. Prinsip-prinsip yang diajarkan Nabi SAW tidak hanya membawa kebaikan di dunia, tetapi juga di akhirat.
Selain mendatangkan rahmat, berbisnis dengan etika juga mendatangkan ampunan Allah SWT. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Allah mengampuni orang-orang yang santun dalam berjualan, membeli, dan menagih hutang.
Dari sini, terlihat bahwa perilaku calon pembeli online yang kurang etis, seperti menawar-nawar tanpa niat membeli atau melakukan PHP tanpa memedulikan penjual, jauh dari prinsip etika bisnis yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Sikap tersebut dianggap rumit, tidak santun, dan dapat mengecewakan.
Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari tuntunan Nabi dalam berbisnis sehingga dapat meraih keberkahan dalam segala aspek kehidupan.