Ilmu Kalam Jadid telah membawa transformasi yang signifikan dalam teologi tradisional, mengalihkan fokus dari teosentris ke antroposentris. Selain mengungkapkan permasalahan teologis antroposentris, Ilmu Kalam Jadid juga memperkenalkan konsep Maqasid Kalamiyah yang lebih humanis dan demokratis.
Dalam sejarahnya, Ilmu Kalam pada awalnya memicu pertikaian di antara sekte-sekte Muslim, bahkan berujung pada pertumpahan darah antarsesama Muslim seperti konflik antara Sunni dan Syiah. Namun, bagaimana cara kita mentransformasikan Ilmu Kalam yang penuh dengan pertikaian menjadi Ilmu Kalam yang harmonis?
Pada masa Renaissance, pemikiran kemanusiaan mencapai puncaknya di Barat. Orang-orang Barat mulai meyakini bahwa segala sesuatu, termasuk Kitab Suci, harus dipelajari dengan akal kritis dan metode ilmiah empiris. Hal ini mendorong lahirnya disiplin ilmu baru seperti Teologi Modern atau New Theology (Kalam Jadid).
Konsep Kalam Jadid pertama kali diperkenalkan dalam pemikiran Islam Sunni oleh Syibli Nu’mani dan dalam pemikiran Syiah oleh Murtadha Muthahhari. Mereka mendorong pemikir Muslim untuk memperbarui Ilmu Kalam dengan memperhatikan isu-isu baru dalam teologi seperti sebab kemunculan agama, wahyu, dalil-dalil keberadaan Tuhan, imamah, dan kepemimpinan.
Dalam perkembangannya, Ilmu Kalam berubah dari pembahasan ketuhanan dan eskatologi menuju pembahasan kemanusiaan. Maqasid yang diusung pun semakin humanis dan demokratis, memberikan perhatian yang lebih besar pada objek pembahasan serta menolak fanatisme dan anarkisme dalam praktiknya.
Sejumlah asas penting dalam Ilmu Kalam baru mulai muncul, seperti menjaga aqidah umat dari syubhat, menjaga akal agar tetap logis dan tidak fanatik, menciptakan sistem kehidupan yang toleran, demokratis, menjaga keluhuran manusia, dan membantu masyarakat mencapai utopia peradaban.
Tujuan utama dari Ilmu Kalam Baru adalah menciptakan diskursus yang damai dan harmonis, baik dalam proses dialektika maupun hasil akhirnya. Dengan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dan demokrasi, Ilmu Kalam Jadid diharapkan dapat berperan aktif dalam membangun peradaban bangsa menuju arah yang lebih baik.