Dunia metaverse membawa kita ke era baru berbasis teknologi digital yang menghadirkan mode kehidupan versi baru, berbeda dengan kehidupan fisik yang kita kenal. Teknologi seperti headset, kacamata augmented reality, aplikasi telepon pintar, dan perangkat lainnya menjadi jembatan menuju kehidupan di dunia metaverse. Perubahan dari dunia dua dimensi menjadi tiga dimensi membawa kita pada pengalaman yang lebih immersif, di mana seseorang dapat merasakan dirinya menjadi bagian dari lingkungan virtual tersebut.
Penting untuk diingat bahwa dunia metaverse bukanlah dunia fisik, melainkan dunia virtual. Hal ini membawa konsekuensi bahwa aturan hukum fisik tidak selalu berlaku di dalamnya, seperti dalam transaksi jual beli. Oleh karena itu, akad yang terbentuk di dalam dunia metaverse lebih cenderung pada akad ijarah (sewa manfaat/jasa) dan cabang-cabangnya seperti akad kafalah dan ju’alah.
Di balik karakteristik virtualitasnya, dunia metaverse juga memunculkan berbagai layanan dan jasa baru. Dunia ini merupakan hasil dari aktivitas pengodingan yang menggunakan bahasa pemrograman untuk menciptakan berbagai aplikasi dan program. Sebagai contoh, aplikasi Al-Qur’an Digital yang dirancang untuk menampilkan Al-Qur’an dalam bentuk digital, memungkinkan pengguna untuk membaca Al-Qur’an melalui aplikasi tersebut tanpa perlu mushaf fisik dari kertas dan tinta.
Aplikasi seperti Al-Qur’an Digital menjadi aset manfaat yang memiliki potensi nilai jual karena memberikan manfaat operasional kepada pengguna. Meskipun banyak aplikasi yang tersedia secara gratis sebagai open source, namun jika dikembangkan untuk tujuan komersial, hal tersebut tetap diperbolehkan selama aplikasi tersebut memberikan manfaat yang nyata. Bahasa pemrograman menjadi kunci utama dalam hal ini, di mana keberhasilan atau kegagalan dalam penginputan kode akan memengaruhi fungsionalitas dan manfaat aplikasi tersebut.
Dalam dunia metaverse, keberadaan aset manfaat atau jasa didasarkan pada operasionalnya bahasa pemrograman. Kesalahan dalam coding dapat menyebabkan hilangnya nilai fungsionalitas suatu program, sementara keberhasilan dalam coding akan menciptakan manfaat yang jelas bagi pengguna. Konsep ini sering disebut sebagai ketidak-eroran sistem, di mana ketiadaan manfaat terjadi ketika bahasa coding tidak beroperasi dengan baik.
Dengan demikian, dunia metaverse tidak hanya menghadirkan virtualitas yang memukau, tetapi juga membuka peluang baru dalam bidang jasa dan teknologi. Perkembangan ini menuntut pemahaman yang mendalam akan hukum dan prinsip-prinsip yang berlaku di dalamnya, sehingga kita dapat memanfaatkannya dengan bijaksana.