Acara Muktamar Ke-34 NU telah berlangsung, dan salah satu materi yang dibahas adalah mengenai syakhshiyah i’tibariyah dalam konteks badan hukum. Syakhshiyah i’tibariyah merujuk pada sekumpulan manusia atau harta yang berkumpul untuk menjalin kerja sama demi mencapai tujuan bersama. Dalam definisi ini, termasuk di dalamnya yayasan, koperasi, perusahaan, organisasi kemasyarakatan, negara, baitul maal, badan waqaf, serta badan lainnya.
Konsep syakhshiyah i’tibariyah dalam fiqih turats menjadi bagian dari cabang akad muamalah seperti jual beli, kemitraan, musaqah, qiradl, mudharabah, musabaqah, ijarah, tijarah, dan lain sebagainya. Penting untuk memahami bahwa terpenuhinya syarat dan rukun akad muamalah menjadi konsekuensi utama dari syakhshiyah i’tibariyah. Kegagalan memenuhi salah satu rukun dapat menyebabkan sebuah perkumpulan menjadi bathil (tidak sah) menurut syariat.
Rukun penyusun syakhshiyah i’tibariyah dalam konteks badan hukum mencakup hal-hal seperti pihak yang berakad, objek akad, dan shighat akad. Berdasarkan jenis akad yang dilakukan, rukun penyusunnya akan bervariasi. Misalnya, dalam akad syirkah dagang terdapat tiga rukun utama yang harus dipenuhi.
Selain itu, pada akad produksi seperti musaqah, qiradl, dan mudharabah, terdapat rukun yang wajib dipenuhi seperti adanya pemilik modal (rabbu al-maal), pihak yang bekerja (‘amil), kesepakatan bagi hasil, dan shighat akad. Di dalam badan hukum seperti amil zakat atau badan wakaf, terdapat syarat khusus yang harus dipenuhi.
Al-Nafwawy menjelaskan mengenai syarat keanggotaan (muta’aqidain) dari suatu badan hukum, di mana setiap pihak harus cakap dalam mewakilkan atau menerima perwakilan. Syarat tersebut mencakup kriteria baligh dan cerdas.
Dengan demikian, syakhshiyah i’tibariyah dalam konsepsi fiqih turats mengacu pada perhimpunan orang atau dana yang dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu. Syakhshiyah ini diberikan kepribadian hukum yang diperlukan sesuai dengan tujuannya. Definisi ini telah dijelaskan oleh para ulama mutaqaddimin dan mutaakhirin berdasarkan jenis akad yang dilakukan.
Penting untuk memahami makna dan konsep syakhshiyah i’tibariyah dalam konteks badan hukum untuk menjalankan kegiatan ekonomi dan sosial dengan prinsip-prinsip syariah yang benar dan sesuai.