Sujud dalam Islam bukan sekadar gerakan fisik semata, namun juga merupakan wahana yang sangat intim antara hamba dengan Allah SWT. Saat seorang Muslim bersujud, mereka merasakan campuran antara rasa rendah diri di hadapan-Nya dan keagungan serta kemuliaan Allah.
Al-Quran menggunakan kata “sujud” untuk merujuk pada berbagai makna yang dalam. Misalnya, sujud sebagai bentuk penghormatan dan pengakuan terhadap kelebihan pihak lain, seperti sujudnya malaikat kepada Nabi Adam sebagaimana disebutkan dalam Surat Al-Baqarah ayat 34.
Di waktu lain, sujud juga bermakna sebagai kesadaran akan kekhilafan diri serta pengakuan terhadap kebenaran yang disampaikan oleh pihak lain, seperti yang terdapat dalam Surat Thaha ayat 70.
Selain itu, sujud juga mengandung makna untuk tunduk dan mengikuti ketetapan Allah terkait dengan alam semesta ini, sebagaimana dinyatakan dalam Surat Al-Rahman ayat 6.
Dalam sunnatullah, kita memahami bahwa kemenangan hanya dapat dicapai melalui kesungguhan dan perjuangan. Kekalahan, sebaliknya, sering kali disebabkan oleh kelalaian dan pengabaian terhadap disiplin. Pakar tafsir Al-Quran, Muhammad Quraish Shihab, menjelaskan bahwa kata “sujud” sangat erat kaitannya dengan istilah “masjid”, yang berarti tempat bersujud. Dari sisi bahasa, masjid berasal dari akar kata “sajada-sujud” yang mengandung arti patuh, taat, serta tunduk dengan penuh hormat.
Bukti konkret dari makna sujud ini adalah ketika seorang Muslim meletakkan dahi, kedua tangan, lutut, dan kaki ke bumi saat sujud dalam shalat. Inilah yang menjadi dasar mengapa tempat ibadah umat Islam disebut sebagai masjid, yang artinya tempat bersujud.
Namun, selain sebagai tempat ibadah, Al-Quran juga menegaskan fungsi masjid sebagai tempat untuk bertasbih kepada Allah, berdzikir, mendirikan shalat, membayar zakat, serta menumbuhkan rasa takut kepada Allah.
Perintah untuk bertasbih tidak hanya sebatas mengucapkan Subhanallah, melainkan juga melibatkan tindakan nyata sesuai dengan nilai-nilai takwa. Takwa sendiri bukan hanya terbatas pada hubungan vertikal dengan Allah, namun juga mencakup hubungan horizontal dengan sesama manusia serta hubungan dengan alam dan lingkungan sekitar.
Dengan demikian, masjid seharusnya menjadi pusat perubahan menuju masyarakat yang adil di segala aspek kehidupan.