Umat beragama selalu meyakini keberadaan Tuhan dan menjalani ritual ibadah sebagai wujud penghambaan serta menjaga hubungan spiritual dengan Sang Pencipta. Manusia cenderung mencari kemudahan dalam segala aktivitas, termasuk dalam beribadah.
Islam sebagai agama yang inklusif mengakui kebutuhan tersebut. Dibanding agama-agama sebelumnya, Islam memiliki karakteristik unik dalam prinsip ‘memudahkan dalam beribadah’. Prinsip ini didasarkan pada kasih sayang kepada para pemeluknya, yang jarang ditemui dalam agama lain.
Syariat Islam telah ditetapkan oleh Allah dengan aturan yang tetap relevan sepanjang masa. Hal ini menjadikan setiap hukum syariat dibangun atas dasar kemudahan, memastikan keberlangsungan Islam hingga akhir zaman.
Sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Dr. Ahmad Ath-Thayyib, pemimpin mufti Darul Ifta Mesir, syariat Islam mengatur seluruh aspek kehidupan umat Muslim dengan prinsip ‘memudahkan’, bukan ‘membebani’. Hal ini sejalan dengan firman Allah, “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesulitan bagimu” (QS. Al-Baqarah [2]: 185) serta hadits Nabi Muhammad ﷺ, “Mudahkanlah dan jangan kalian persulit. Berilah kabar gembira, jangan membuat orang lari” (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam praktik ibadah, Islam menunjukkan perbedaan mencolok dengan syariat Bani Israil. Sementara Bani Israil diwajibkan membayar zakat sebesar seperempat harta dan menjalani shalat 50 kali sehari, umat Islam cukup membayar zakat fitrah yang ringan dan menjalani shalat lima waktu saja. Begitu juga dalam bertaubat, Islam mengajarkan penyesalan dan kesungguhan untuk tidak mengulangi dosa, tanpa perlu tindakan ekstrem seperti bunuh diri.
Keistimewaan umat Islam terlihat pula dalam cara menghilangkan najis. Bani Israil harus memotong bagian tubuh yang terkena najis, sementara umat Islam cukup membersihkannya dengan air. Selain itu, jika melakukan dosa tanpa sengaja atau lupa, umat Islam tidak langsung menerima hukuman; berbeda dengan Bani Israil yang mendapat hukuman seketika, bahkan dengan konsekuensi tambahan yang berat.
Sebagai umat Muslim, penting untuk mensyukuri kemudahan beribadah yang diberikan oleh Allah dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah. Dengan pemahaman ini, kita dapat lebih menghargai nikmat kemudahan dalam menjalankan ajaran agama. Jika syariat Bani Israil diterapkan pada umat Islam, mungkin kita akan lebih berhati-hati dalam menjaga kebersihan dan menjalankan ibadah secara benar.
Dengan kesadaran akan kemudahan dalam beribadah menurut perspektif Islam, mari kita tingkatkan kualitas ibadah kita dan terus berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan penuh keikhlasan.