Beragama merupakan upaya manusia untuk mencontoh sifat-sifat Allah sesuai dengan kedudukan manusia sebagai makhluk-Nya. Kekuasaan Allah, baik yang terungkap melalui wahyu maupun tanda-tanda alam, memberikan kesempatan bagi manusia untuk merenungi dan merefleksikan sifat-sifat-Nya.
Dalam ajaran Islam, Nabi Muhammad SAW menekankan pentingnya berakhlak sesuai dengan sifat-sifat Allah. Manusia, yang memiliki kebutuhan beragam, termasuk kebutuhan fa’ali seperti makan, minum, dan hubungan seks, diajarkan oleh Allah SWT agar memahami bahwa-Nya tidak memiliki anak atau istri.
Al-Qur’an juga menegaskan kepada Nabi Muhammad untuk menyampaikan bahwa hanya Allah lah yang memberi makan dan tidak perlu makan. Ini mengingatkan manusia tentang ketergantungan mereka pada-Nya.
Dalam konteks puasa, manusia diberikan kebebasan untuk memilih dan bertindak. Berbeda dengan binatang yang nalurinya mengatur kebutuhan pokok, manusia harus menjaga kebebasannya agar tidak terjebak dalam keinginan yang berlebihan.
Dengan berpuasa, manusia dapat melatih kontrol diri dan mencontoh sifat-sifat Allah. Tidak hanya menahan lapar dan haus, puasa juga mengajarkan untuk mengendalikan hawa nafsu secara umum. Hal ini membantu manusia mendekatkan diri pada-Nya dan mencapai tingkat takwa yang lebih tinggi.
Nilai sejati dari puasa bukan hanya pada rasa lapar dan haus, melainkan pada kesadaran spiritual yang diperoleh. Puasa menjadi sarana untuk mencapai kesempurnaan dalam meneladani sifat-sifat Allah, sehingga puasa yang dilakukan dengan penuh kesadaran akan membawa manfaat yang lebih besar daripada sekadar menahan lapar dan haus semata.