Bulan Rajab dalam penanggalan Islam dikenal sebagai bulan ketujuh dan termasuk dalam daftar bulan yang dimuliakan (al-asyhur al-hurum). Al-Qur’an menjelaskan bahwa di antara dua belas bulan, terdapat empat bulan yang dianggap suci, yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.

Menurut penjelasan Imam Fakhruddin al-Razi, bulan-bulan tersebut dinamakan suci karena perbuatan baik akan mendapat pahala lebih besar, sementara perbuatan buruk akan mendapat balasan yang lebih berat. Bulan Rajab sendiri memiliki beberapa nama seperti Al-Ashabb (mengucur), Al-‘Ashamm (tuli), dan Rajam (melempari), yang menggambarkan kemuliaan dan keutamaannya.

Amalan yang disunnahkan dalam bulan Rajab adalah berpuasa. Imam al-Ghazali menekankan kesunnahan berpuasa pada hari-hari yang memiliki kemuliaan, termasuk bulan Rajab. Namun, puasa Rajab sebaiknya dilakukan hanya beberapa hari saja, bukan sebulan penuh. Disarankan agar puasa dilakukan pada hari-hari utama dalam bulan Rajab untuk mendapatkan pahala yang lebih besar.

Berpuasa pada bulan-bulan yang dimuliakan, termasuk Rajab, memiliki keutamaan tersendiri. Hadits Nabi menyebutkan bahwa berpuasa satu hari pada bulan haram sama nilainya dengan berpuasa 30 hari. Selain itu, berpuasa selama tiga hari dalam bulan haram, Jumat, dan Sabtu akan mendapat pahala ibadah selama 900 tahun.

Puasa Rajab disunnahkan dilakukan selama masih berada dalam bulan tersebut, namun makruh jika dilakukan sepanjang bulan penuh. Orang yang memiliki utang puasa Ramadhan diperbolehkan untuk mengqadhanya bersamaan dengan puasa sunnah Rajab. Niat puasa Rajab sebaiknya dilakukan pada malam hari, namun boleh juga dilakukan pada siang hari sebelum tergelincir matahari.

Keutamaan berpuasa di bulan Rajab menunjukkan pentingnya memperbanyak amalan ibadah pada bulan-bulan yang dimuliakan dalam ajaran Islam. Puasa menjadi salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meraih keberkahan serta pahala yang besar.

Semoga informasi ini bermanfaat bagi kita semua dalam meningkatkan kualitas ibadah kita.