Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh umat Islam. Dalam literatur fiqih klasik dan kontemporer, zakat memiliki dua pengertian. Pertama, secara etimologi, zakat berarti tumbuh, berkembang, subur, atau bertambah. Kedua, secara terminologi, zakat adalah nama dari harta tertentu yang diberikan kepada golongan tertentu dengan sifat-sifat tertentu.
Secara umum, zakat terbagi menjadi dua jenis: zakat jiwa (nafs), berupa zakat fitrah, dan zakat harta (mal). Zakat fitrah wajib dikeluarkan setiap tahun pada bulan Ramadhan, sementara zakat harta memiliki beberapa ketentuan yang bergantung pada jumlah dan jenis harta yang dimiliki. Kali ini, kita akan membahas lebih lanjut mengenai hikmah dari diwajibkannya zakat fitrah.
Zakat fitrah adalah ketentuan khusus bagi umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang diwajibkan pada tahun kedua setelah hijrahnya Nabi, tepatnya dua hari sebelum hari raya Idul Fitri. Selain menjadi salah satu rukun Islam yang wajib dijalankan, zakat fitrah juga menjadi penyempurna puasa Ramadhan. Ibadah puasa di bulan Ramadhan dianggap belum diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala sampai kewajiban zakat fitrah dikeluarkan.
Dalam kitab Hasyiyah Jamal alal Minhaj, Syekh Zakaria al-Anshari menyampaikan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang ditangguhkannya penerimaan pahala puasa Ramadhan sampai zakat fitrah dikeluarkan:
وأخرج ابن شاهين في ترغيبه والضياء عن جرير (شَهْرُ رَمَضَانَ مُعَلَّقٌ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلاَ يُرْفَعُ إلَى اللهِ إلاَّ بِزَكَاةِ الفِطْرِ)
Artinya: “Ibnu Syahin meriwayatkan hadits dalam kitab Targhib wad Dhiya’ dari sahabat Jarir: (puasa pada) bulan Ramadhan digantungkan antara langit dan bumi, tidak diangkat kepada Allah kecuali dengan zakat fitrah.”
Syekh Zakaria menjelaskan bahwa selama zakat fitrah tidak dikeluarkan, pahala puasa tidak bisa didapatkan. Artinya, meski seseorang telah menjalankan puasa selama sebulan penuh dan menjaga diri dari hal-hal yang membatalkan puasa, pahala puasanya tidak akan diperoleh sampai zakat fitrah dikeluarkan.
Syekh Abi Bakar Syata ad-Dimyati memiliki pandangan berbeda. Menurutnya, hadits tersebut bukan berarti menghilangkan semua pahala puasa, namun hanya sebagian saja:
وهو كناية عن توقف تمام ثوابه، حتى تؤدى الزكاة، فلا ينافي حصول أصل الثواب بدونها
Artinya: “(Hadits tersebut) merupakan sebuah kinayah (kata sindiran) tentang ditangguhkannya kesempurnaan pahala puasa sampai zakat fitrah dikeluarkan. Maka tidak menghilangkan pokok pahala puasa tanpa zakat fitrah.”
Menurut pandangan ini, meskipun seseorang tidak mengeluarkan zakat fitrah, ia tetap mendapatkan pahala puasanya. Namun, kesempurnaan pahala puasa baru akan diperoleh setelah zakat fitrah dikeluarkan.
Zakat fitrah juga berfungsi sebagai penutup kekurangan dalam ibadah puasa. Manusia sering kali melakukan kesalahan yang dapat mencederai pahala ibadah tanpa disadari. Puasa merupakan ibadah yang harus dipelihara dengan baik, menjauhi hal-hal yang merusak pahala puasa. Oleh karena itu, Islam mewajibkan zakat fitrah untuk membersihkan jiwa dari kekurangan-kekurangan selama berpuasa dan membantu fakir miskin.
Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
فَرَضَ رَسُولُ اللهِ ﷺ زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ الرَّفَثِ وَاللَّغْوِ، وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِينِ، مَنْ أَدَّاهَا قَبْلَ الصَّلَاةِ فَهِيَ زَكَاةٌ مَقْبُولَةٌ، وَمَنْ أَدَّاهَا بَعْدَ الصَّلَاةِ فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنَ الصَّدَقَاتِ
Artinya: “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mewajibkan zakat fitrah sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dari segala perbuatan sia-sia dan ucapan tidak baik, serta sebagai makanan bagi orang miskin. Siapa yang menunaikannya sebelum shalat hari raya maka zakatnya diterima, dan siapa yang menunaikannya setelah shalat hari raya maka termasuk sedekah biasa.” (HR Abu Daud).
Hikmah dari hadits ini adalah bahwa zakat fitrah menjadi penyelamat bagi puasa umat Islam yang kurang sempurna dan sebagai bahan pangan bagi fakir miskin. Dengan menunaikan zakat fitrah, umat Islam tidak hanya menggugurkan kewajiban tetapi juga membantu menyelamatkan nyawa fakir miskin yang sedang kelaparan.
Imam Waqi’ (guru Imam Syafi’i) mengatakan bahwa zakat fitrah dan sujud sahwi memiliki kesamaan fungsi dalam menutup kekurangan ibadah:
قال وكيع بن الجراح زكاة الفطرة لشهر رمضان كسجدة السهو للصلاة تجبر نقصان الصوم كما يجبر السجود نقصان الصلاة
Artinya: “Berkata Imam Waqi’ bin al-Jarrah: zakat fitrah pada bulan Ramadhan memiliki kesamaan fungsi dengan sujud sahwi dalam shalat. Zakat fitrah menutup kekurangan puasa sebagaimana sujud sahwi menutup kekurangan shalat.” (Sayyid Murtadha az-Zabidi, Ithafussadatil Muttaqin, juz 4, h. 53).