Puasa Ramadhan yang dilakukan oleh setiap muslim bukan hanya sekadar ibadah yang luhur, tetapi juga melatih setiap individu untuk mempertahankan kehormatan diri dan jiwanya. Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat dua golongan umat manusia yang saling mengklaim bahwa kelompok mereka yang paling baik dan beruntung.
Golongan pertama adalah mereka yang hidupnya dihabiskan untuk memenuhi kebutuhan lahiriah dan kesenangan yang menipu. Golongan ini selalu berusaha untuk memenuhi dorongan nafsu dari perutnya, nafsu seksual, dan hawa nafsunya sendiri yang tidak pernah merasa puas. Mereka tidak segan-segan melakukan apa saja, baik halal maupun haram, demi memenuhi keinginan dan kehendaknya. Mereka gemar memamerkan kemewahan dan selalu bergelimang dengan kenikmatan dunia yang menyesatkan.
Ciri khas golongan ini adalah mereka tidak peduli dengan keyakinan agama, kebenaran, kebaikan, atau keburukan, asalkan dapat memuaskan hawa nafsunya. Golongan ini akan tercampakkan dalam kehinaan dan kenistaan serta menderita kerugian di dunia dan akhirat karena mereka menjadi budak dari kecenderungan hawa nafsunya yang membahayakan. Allah s.w.t. mengisyaratkan mereka dalam firman-Nya:
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَعۡبُدُ ٱللَّهَ عَلَىٰ حَرۡفٖۖ فَإِنۡ أَصَابَهُۥ خَيۡرٌ ٱطۡمَأَنَّ بِهِۦۖ وَإِنۡ أَصَابَتۡهُ فِتۡنَةٌ ٱنقَلَبَ عَلَىٰ وَجۡهِهِۦ خَسِرَ ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةَۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلۡخُسۡرَانُ ٱلۡمُبِينُ
“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi (tidak dengan penuh keyakinan); maka jika ia memperoleh kebaikan, ia akan merasa puas, dan jika ia ditimpa suatu cobaan, berbaliklah ia ke belakang (kembali kafir lagi). Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (QS. Al-Hajj, 22:11).
Golongan kedua adalah sekelompok manusia yang lebih mengutamakan kehormatan jiwa dan harga dirinya dalam segala kehidupan. Mereka tidak rela sedikit pun bila kehormatan dan kesucian jiwanya dinodai. Kelompok ini akan terus berjuang membela kebenaran dan keadilan meskipun menghadapi berbagai tantangan dan rintangan, bahkan sekalipun mereka dihalangi oleh berbagai kelompok yang lebih kuat dan lebih besar.
Sekiranya mereka dimatikan kehidupan ekonominya sehingga mereka harus bertahan hidup dengan memakan daun-daunan atau akar-akar pohon, mereka akan tetap membela kebenaran dan menegakkan kalimat Allah. Kelompok ini mencintai kehidupan yang terhormat dan mulia di sisi Allah ataupun dalam pandangan umat manusia pada umumnya. Mereka rela mengorbankan apa saja demi tegaknya kemuliaan dan keadilan. Ciri khas golongan ini adalah perilaku mereka yang lebih mencintai kebenaran dari Allah dan Rasul-Nya daripada cinta terhadap harta, keluarga, anak-anak, bahkan diri sendiri.
Golongan kedua ini akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat serta mendapat kemuliaan tinggi di sisi Allah dan di mata umat manusia. Slogan mereka adalah: “Hidup mulia atau mati syahid.” Mereka diisyaratkan dalam al-Qur’an:
مِّنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ رِجَالٞ صَدَقُواْ مَا عَٰهَدُواْ ٱللَّهَ عَلَيۡهِۖ فَمِنۡهُم مَّن قَضَىٰ نَحۡبَهُۥ وَمِنۡهُم مَّن يَنتَظِرُۖ وَمَا بَدَّلُواْ تَبۡدِيلٗا
“Di antara orang-orang mu’min itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu (apa yang telah Allah janjikan), dan mereka sedikitpun tidak merubah (janjinya).” (QS. Al-Ahzab, 33:23).
Ibadah puasa Ramadhan mengarahkan kita untuk menjadi manusia-manusia mukmin yang senantiasa mencintai kebenaran dan kesucian jiwa. Kita dibimbing agar lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya daripada segala sesuatu, termasuk keluarga, istri, anak-anak, bahkan diri sendiri. Perhatikan firman Allah:
قُلۡ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمۡ وَأَبۡنَآؤُكُمۡ وَإِخۡوَٰنُكُمۡ وَأَزۡوَٰجُكُمۡ وَعَشِيرَتُكُمۡ وَأَمۡوَٰلٌ ٱقۡتَرَفۡتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٞ تَخۡشَوۡنَ كَسَادَهَا وَمَسَٰكِنُ تَرۡضَوۡنَهَآ أَحَبَّ إِلَيۡكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٖ فِي سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّىٰ يَأۡتِيَ ٱللَّهُ بِأَمۡرِهِۦۗ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوْمَ ٱلْفَٰسِقِينَ
“Katakanlah sekiranya bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS. al-Taubah, 9:24).