Dikisahkan, ada seorang pria yang melakukan perjalanan panjang dan melelahkan dengan tujuan untuk menemui orang yang paling dicintainya, yaitu Rasulullah Muhammad s.a.w. Setelah berjumpa dengan Nabi, dalam perasaan haru dan bahagia, sebagai ungkapan rindunya yang sangat mendalam, ia berkata kepada Nabi: “Berikan wasiat kepadaku,” dengan harapan nasihat itu akan membawanya pada kesuksesan di dunia dan akhirat.
Perkataan pria yang sangat mencintai Nabi itu dijawab oleh Nabi Muhammad s.a.w. dengan kalimat yang sangat singkat: “la taghdhab (kamu jangan marah, jangan bersikap emosional).” Pria itu tampak kurang puas; ia datang dari tempat yang jauh hanya untuk mendapatkan nasihat yang sangat singkat itu.
Pria tersebut memohon kembali kepada Nabi s.a.w. agar diberikan nasihat atau fatwa yang lebih banyak sebagai bekal untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Namun, Nabi Muhammad s.a.w. tetap hanya menyampaikan fatwa berupa kalimat singkat yang sama. Hal ini berlangsung hingga tiga kali. Setelah memperoleh jawaban yang sama berkali-kali, barulah pria itu menyadari bahwa kalimat singkat tersebut sebenarnya mengandung pelajaran yang sangat tinggi dan nasihat yang sangat agung.
Jika kita memperhatikan dialog tersebut dan mencermatinya secara teliti, sabda Nabi s.a.w. yang sangat singkat itu cukup menjadi bekal setiap orang yang ingin sukses pada masa kini maupun masa mendatang. Kalimat yang simpel itu memiliki jangkauan makna yang luas dan mendalam.
Kalimat seperti itu disebut oleh para ahli dengan istilah Jawami’ul Kalim, salah satu kelebihan yang dimiliki Nabi Muhammad s.a.w. dan tidak dimiliki oleh Nabi-nabi lain atau manusia lainnya. Beliau berbicara amat singkat, namun jangkauan maknanya luas dan mendalam serta kalimatnya sangat menarik.
Dari nasihat Nabi s.a.w. di atas, kita bisa memahami bahwa segala sesuatu tidak mungkin dapat diselesaikan dengan marah atau bersikap emosional. Bayangkan, pekerjaan apa yang bisa dilakukan dengan amarah? Pasti tidak ada. Segala aktivitas dan kegiatan seperti ibadah, muamalah, pekerjaan kantor, kegiatan bisnis, kegiatan ilmiah semuanya akan gagal jika dikerjakan dengan kemarahan, bahkan bisa rusak secara total.
Sukses atau gagalnya usaha seseorang tergantung pada kemampuan orang itu untuk mengendalikan emosi atau nafsunya. Jika ia mampu mengendalikan nafsu dan emosinya, maka sukses telah berada di tangannya. Sebaliknya, jika ia tidak dapat mengendalikan nafsunya, maka kegagalan telah membelenggu dirinya.
Apabila manusia dapat mengendalikan nafsu dan emosinya, ia pasti akan menjadi manusia yang memiliki ketabahan, kesabaran, dan ketenangan. Dengan sikap terpuji tersebut, ia akan meraih sukses dan kebahagiaan dalam segala aspek kehidupan. Kesuksesan demi kesuksesan yang kita raih harus ditempuh dengan ketabahan dan kesabaran.
Hanya untuk memperoleh ijazah SD saja, kita harus berjuang dengan bersungguh-sungguh selama enam tahun. Kita harus pulang pergi ke sekolah setiap hari, mengikuti ulangan dan ujian. Ijazah SD pun tidak mungkin kita raih tanpa ketabahan dan kesabaran. Demikian juga dengan ijazah SMP, SMA, dan seterusnya.
Sikap tabah, sabar, dan tenang merupakan sikap yang sangat terpuji. Ibnu Abbas r.a. meriwayatkan suatu hadis bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda kepada salah seorang sahabatnya (bernama al-Asyajji r.a.): “Sesungguhnya pada dirimu terdapat dua sifat yang terpuji, yang keduanya dicintai oleh Allah s.w.t., yaitu (1) Sikap penyantun dan (2) Kesabaran dan ketenangan.” (Hadis Shahih, Riwayat al-Bukhari: 4020 dan Muslim: 24).
Dua sifat tersebut merupakan perhiasan yang sangat indah; jika seseorang memilikinya, ia telah meniti jalan kesuksesan lahir dan batin di dunia maupun di akhirat. Dengan kesabaran, manusia akan memperoleh segala yang dicita-citakannya, dan dengan ketenangan ia akan dapat menyelesaikan segala masalahnya dengan baik.
Dengan demikian, orang tersebut akan memperoleh jalan keluar dari segala tantangan dan kesulitan yang merintanginya. Ibadah puasa sangat berperan dalam membentuk manusia muslim agar menghiasi dirinya dengan sikap penyantun, sabar, tabah, dan tenang.