- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Silaturahim dalam Waktu Pandemi: Tantangan dan Toleransi

Google Search Widget

Manusia dikenal sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan. Dalam kehidupan sehari-hari, tolong-menolong antarsesama menjadi hal yang penting dan ditekankan oleh syariat. Namun, dalam konteks pandemi Covid-19 yang dialami oleh mayoritas penduduk bumi saat ini, bagaimana dengan silaturahim?

Syariat menegaskan bahwa tolong-menolong seharusnya dilakukan dalam kebajikan dan ketakwaan, bukan dalam dosa dan permusuhan. Larangan tolong-menolong dalam hal permusuhan sebenarnya mengandung pesan untuk menjaga silaturahim. Sebuah kaidah ushuliyah menyatakan bahwa larangan melakukan sesuatu sebenarnya merupakan perintah kebalikannya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga mendorong umatnya untuk menyambung tali silaturahim. Baginda menjelaskan bahwa penyambung silaturahim bukanlah hanya orang yang memberi rezeki atau kebutuhan fisik semata, melainkan juga orang yang merajut kembali hubungan yang terputus.

Ancaman bagi yang memutuskan silaturahim pun tidak ringan, sebagaimana sabda Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang menyatakan bahwa orang yang memutus tali silaturahim tidak akan masuk surga.

Namun, bagaimana jika situasi memaksa seseorang untuk menjaga jarak fisik, misalnya akibat pandemi Covid-19? Apakah silaturahim kehilangan maknanya? Dalam konteks ini, para ulama menyatakan bahwa hukum menyambung silaturahim tetap sebagai sesuatu yang wajib.

Dalam menghadapi situasi seperti ini, toleransi syariat sangat diperlukan. Umat Islam diberikan ruang toleransi untuk menutupi berbagai keterbatasan yang ada. Jika faktor jarak memisahkan, pendekatan dengan menggunakan alat komunikasi seperti telepon, aplikasi pesan singkat, atau media sosial dapat menjadi sarana untuk tetap menjaga silaturahim.

Dengan demikian, silaturahim tidak selalu harus dilakukan dengan tatap muka. Islam memberikan penekanan bahwa karena adanya faktor-faktor tertentu seperti keterbatasan atau kesulitan, menjalankan silaturahim dengan pendekatan yang mengurangi efek dari faktor tersebut tetap diperbolehkan.

Allah mencintai hamba-Nya yang mengambil kemudahan dalam menjalankan perintah-Nya. Oleh karena itu, di tengah pandemi atau kondisi sulit lainnya, menjaga silaturahim dengan berbagai cara termasuk menggunakan teknologi komunikasi adalah bagian dari ketaatan kepada-Nya. Kita diajarkan untuk bertakwa sebaik mungkin sesuai dengan kemampuan yang ada.

Semoga kita senantiasa dapat menjaga silaturahim dan tetap berkomunikasi meskipun dalam situasi yang menantang seperti saat ini. Allah Maha Pemurah dan Maha Bijaksana dalam memberikan keringanan kepada hamba-Nya.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

November 21

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?