Shalat khusyuk merupakan hal yang sering menjadi perbincangan dalam praktik keagamaan umat Islam. Salah satu ulama yang banyak memberikan pemahaman tentang shalat khusyuk adalah Imam Al-Ghazali melalui karyanya, Kitab Ihya Ulumiddin.
Imam Al-Ghazali tidak secara spesifik mendefinisikan shalat khusyuk, namun konsepnya dapat dipahami melalui sejumlah kutipan yang diambil dari Al-Qur’an, hadits Nabi Muhammad SAW, perkataan para sahabat, serta pengalaman para ulama.
Salah satu ayat yang dikutip oleh Imam Al-Ghazali adalah Surat Thaha ayat 14 yang mengingatkan umat Islam untuk melaksanakan shalat sebagai bentuk pengingat kepada Allah. Selain itu, Imam Al-Ghazali juga menekankan pentingnya untuk tidak tergolong dalam golongan yang lalai, sesuai dengan Surat Al-A’raf ayat 204.
Dalam memahami shalat khusyuk, Imam Al-Ghazali juga menyoroti larangan mendekati shalat dalam keadaan mabuk, sebagaimana ditegaskan dalam Surat An-Nisa ayat 43. Ia menjelaskan bahwa mabuk dalam konteks ini bukan hanya terkait dengan minuman beralkohol, tetapi juga mencakup kebimbangan terhadap urusan duniawi.
Imam Al-Ghazali juga mengutip hadits Nabi yang menyatakan bahwa shalat yang dilakukan tanpa terbersitnya pikiran dunia akan menghapus dosa-dosa yang telah lalu. Selain itu, ia juga menegaskan bahwa Allah hanya menerima shalat dari orang-orang yang tawadhu’ dan tidak sombong kepada hamba-hamba-Nya.
Pentingnya memusatkan pikiran saat shalat juga disoroti oleh Imam Al-Ghazali melalui berbagai kutipan hadits Nabi dan pengalaman Aisyah RA bersama Rasulullah SAW. Shalat khusyuk juga dijelaskan sebagai shalat yang dilakukan dengan hati yang sungguh hadir di hadapan Allah.
Dari berbagai kutipan yang disampaikan oleh Imam Al-Ghazali, kita dapat merangkum beberapa poin penting terkait shalat khusyuk:
- Shalat khusyuk membutuhkan kehadiran hati yang sadar dan khusyuk di hadapan Allah.
- Shalat harus dilakukan dengan khidmat tanpa melakukan perbuatan yang mengganggu khusyu’ seperti main-main saat shalat.
- Mengikuti tuntunan fiqih shalat dan melaksanakannya dengan tenang dan penuh khusyuk.
- Menjaga tradisi baik dalam beribadah seperti yang diajarkan oleh para sesepuh dan ulama terdahulu.
- Kehadiran sosial dan kepedulian terhadap sesama juga menjadi bagian penting dalam melengkapi ibadah shalat.
Semoga pemahaman ini dapat membantu kita untuk meraih kualitas shalat yang lebih khusyuk dan bermakna. Amin.