Shalat memiliki peran yang sangat penting dalam agama Islam. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah, shalat adalah tiang agama. Barang siapa yang melaksanakannya, berarti ia telah menegakkan agama Islam. Namun, bagi yang meninggalkannya, dapat berakibat merusak agamanya.

Dalam konteks ini, keluarga memiliki peran strategis sebagai basis pertama dalam pendidikan agama. Kepala keluarga memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan anggota keluarganya melaksanakan shalat secara teratur. Menurut Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad, kepala keluarga harus memerintahkan anggota keluarga, termasuk istri, anak-anak, pelayan, dan lainnya untuk melaksanakan shalat. Bahkan, jika ada yang enggan, kepala keluarga harus memberikan nasihat, ancaman, dan bahkan hukuman jika diperlukan.

Shalat lima waktu merupakan kewajiban syar’i bagi setiap Muslim sesuai dengan Al-Qur’an. Jika anggota keluarga tetap menolak melaksanakan shalat, kepala keluarga berhak untuk menegur, mengancam, bahkan menghukum sesuai dengan kewenangannya. Hal ini dilakukan bukan hanya sebagai bentuk pendidikan, tetapi juga sebagai tanggung jawab kepala keluarga atas keluarganya.

Dalam hadits Rasulullah disebutkan bahwa setiap individu bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. Oleh karena itu, kepala keluarga perlu memastikan bahwa anggota keluarganya melaksanakan shalat sebagai bagian dari memenuhi kewajiban tersebut. Jika upaya-upaya sebelumnya tidak berhasil, kepala keluarga dapat memboikot anggota keluarganya dengan cara menolak berhubungan dengan mereka.

Pentingnya shalat dalam Islam tidak bisa diabaikan. Orang yang sengaja meninggalkan shalat dipandang seperti setan yang membangkang Allah dan jauh dari rahmat-Nya. Oleh karena itu, kepala keluarga memiliki peran krusial dalam memastikan keluarganya tetap melaksanakan shalat lima waktu sebagai bagian dari ketaatan kepada Allah SWT.