Dalam proses pemulasaraan jenazah, salah satu tahapan yang penting adalah penguburan di tanah galian yang memenuhi standar syariat Islam. Anjuran Rasulullah tentang kriteria lubang kubur yang baik tercermin dalam hadits yang menyatakan “Galilah, lebarkanlah, dan perdalam” (HR. Ibnu Majah).
Para ulama memaknai anjuran tersebut sebagai sesuatu yang disunnahkan, bukan sebagai kewajiban. Kedalaman lubang kuburan disarankan mencapai tinggi seorang lelaki standar yang merentangkan tangannya ke atas. Lebar lubang kuburan sebaiknya muat untuk menampung jenazah dan orang yang menurunkan jenazah ke dalam liang kubur.
Standar minimal lubang kubur adalah galian yang mampu mencegah bau jenazah setelah dikubur dan melindungi jenazah dari serangan hewan buas. Ketentuan ini dijelaskan dalam kitab Syarh al-Mahalli ala al-Minhaj.
Dua model galian kuburan yang diakomodasi oleh syariat Islam adalah model lahad dan model syaq. Model lahad mengacu pada galian tembok kubur bagian bawah yang condong ke arah kiblat, sementara model syaq menggambarkan galian tengah lubang kubur yang diberi batu bata pada sisinya.
Rasulullah menjelaskan bahwa model galian lahad adalah identitas bagi kaum Muslimin, sementara model syaq adalah identitas bagi selain mereka. Namun, para ulama menyarankan penggunaan model galian berdasarkan kondisi tanah. Jika tanah keras, model lahad lebih disukai; namun jika tanah lunak dan berair, model syaq menjadi pilihan utama.
Pilihan antara model galian lahad dan syaq sangat dipengaruhi oleh struktur tanah tempat penguburan. Tanah yang lunak dan berair lebih cocok dengan model syaq untuk mencegah keruntuhan lubang kubur.
Pengetahuan mengenai dua model galian kuburan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman lebih dalam dalam proses pemulasaraan jenazah sesuai dengan ajaran agama.
