Rezeki sering kali dianggap sebagai hal-hal materi seperti harta, makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal. Namun, pemahaman ini dapat membahayakan keimanan seseorang terhadap Allah yang merupakan sumber rezeki. Sebuah contoh kehidupan seorang wanita yang ditinggal suaminya dengan seorang anak menunjukkan bagaimana tantangan rezeki bisa menjadi ujian berat. Meskipun berupaya berbisnis dan berinvestasi, nasibnya tidak selalu mulus karena beberapa hal yang di luar kendalinya.
Syekh Nawawi al-Jawi dalam karyanya menjelaskan bahwa rezeki bukan hanya sebatas makanan dan minuman, melainkan segala sesuatu yang bermanfaat bagi makhluk hidup, termasuk pakaian dan kebutuhan lainnya. Rezeki juga terbagi menjadi rezeki lahir dan batin, yang meliputi kebutuhan fisik dan spiritual manusia.
Rezeki lahir adalah hal-hal seperti kesehatan, makanan, pakaian, dan tempat tinggal yang sangat penting dalam menjalankan ketaatan kepada Allah. Di sisi lain, rezeki batin berupa petunjuk, keimanan, dan makrifat kepada Allah juga merupakan bagian penting dari rezeki yang diberikan-Nya.
Ketaatan kepada Allah didorong oleh rezeki batin, seperti petunjuk dan keimanan. Meskipun seseorang memiliki banyak harta dan kesehatan fisik, tanpa kenikmatan batin seperti petunjuk dan keimanan, mereka mungkin tidak menjalankan ketaatan kepada Allah dengan sepenuh hati.
Syekh Nawawi juga menambahkan bahwa tiga hal yang dapat menjadi sebab luasnya rezeki adalah memperbanyak shalat, shalawat, dan istighfar. Hal ini didukung oleh ayat-ayat Al-Quran yang menekankan pentingnya ketaatan sebagai salah satu faktor penentu luasnya rezeki.
Keluasan rezeki tidak hanya meliputi kenikmatan materiil seperti harta dan kesehatan, tetapi juga kenikmatan spiritual seperti keimanan dan ketenangan batin. Manusia harus yakin bahwa Allah akan memberikan rezeki sesuai dengan kebutuhan mereka, baik secara lahir maupun batin.
Dengan memahami beragam aspek rezeki secara holistik, diharapkan kita semua dapat menjadi hamba yang bersyukur dan memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Semoga tulisan ini memberikan pemahaman yang lebih dalam mengenai konsep rezeki menurut ajaran agama Islam.