- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Pentingnya Niat dalam Ibadah Puasa Menurut Mazhab Syafi’i

Google Search Widget

Ibadah puasa memiliki peran penting dalam agama, dan niat memegang posisi krusial dalam menjalankan ibadah tersebut. Dalam hadits Rasulullah SAW, disebutkan bahwa niat dalam puasa (wajib) harus dilakukan sebelum fajar. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa’i, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah, “Siapa saja yang tidak berniat puasa sebelum fajar, maka puasanya tidak sah.”

Menurut ulama mazhab Syafi’i, niat merupakan salah satu rukun dalam menjalankan ibadah puasa. Oleh karena itu, puasa yang dilakukan tanpa niat dianggap tidak sah. Meskipun pelafalan niat tidak diwajibkan (cukup dilakukan dalam hati), namun niat tersebut harus tetap ada.

Imam An-Nawawi menyatakan bahwa puasa tidak akan sah tanpa adanya niat. Niat tersebut harus bertempat di hati dan tidak harus diucapkan secara lisan. Niat harus dilakukan setiap hari sebelum menjalankan puasa.

Bagi orang yang melakukan puasa Ramadhan tanpa berniat, disarankan untuk mengqadha puasanya sesuai dengan penjelasan yang diberikan oleh Al-Imam An-Nawawi. Hal yang sama berlaku untuk puasa wajib lainnya seperti puasa qadha atau puasa nazar.

Jika seseorang lupa untuk berniat puasa Ramadhan pada malam hari hingga terbit fajar, maka puasanya tidak akan sah menurut pandangan mazhab Syafi’i. Selain mengqadha puasa yang terlewatkan, orang tersebut juga diwajibkan untuk menjalani hari tersebut sebagaimana seorang yang sedang berpuasa.

Selain melakukan qadha puasa yang terlewatkan, orang yang lupa berniat puasa wajib di malam hari juga harus tetap menjalani tata cara seorang yang sedang berpuasa. Ini termasuk menahan diri dari makan, minum, hubungan badan, serta berperilaku baik dan menjaga diri dari perkataan dan tindakan yang buruk yang dapat merusak kualitas ibadah puasanya.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

February 5

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?