Zakat merupakan bagian integral dari ibadah umat Islam. Ketentuan pembayaran dan penyaluran harta zakat telah diatur oleh nash untuk memastikan kepatuhan dari semua pelaksana zakat dan elemen terkait. Salah satu aspek penting dalam zakat adalah delapan ashnaf yang harus menerima zakat, termasuk asnaf sabilillah.
Asnaf sabilillah, yang dinyatakan dalam QS Al-Taubah [9]: 60, merupakan kelompok tentara perang yang tidak mendapatkan harta fai’. Mereka berperan penting dalam menjaga wilayah perbatasan atau sebagai sukarelawan perang yang diperintahkan oleh imam. Dalam konteks ini, zakat tidak hanya disalurkan untuk kebutuhan pokok, tetapi juga untuk perlengkapan mereka, termasuk Alat Pelindung Diri (APD).
Dalam pandangan syariah, menjaga kesehatan masyarakat dari serangan penyakit merupakan bagian dari hifdh al-nafs (penjagaan jiwa). Upaya preventif dan kuratif dalam kesehatan ditekankan sebagai bentuk ibadah dan rasa syukur atas nikmat kesehatan. Oleh karena itu, tenaga medis yang berperan dalam sektor preventif dan kuratif memiliki peranan penting dalam menjaga kesehatan masyarakat.
Penyaluran zakat untuk tenaga medis tidak hanya terbatas pada pembelian APD, tetapi juga bisa mencakup kebutuhan makanan, pakaian, tempat tinggal, atau perlengkapan lain yang mendukung tugas mereka. Hal ini sesuai dengan prinsip bahwa zakat harus mencukupi kebutuhan dasar tanpa berlebihan atau irit, baik untuk individu yang menerima zakat maupun keluarga yang dinafkahi.
Dalam kondisi wabah yang mengancam, penyaluran harta zakat untuk tenaga medis menjadi sangat penting untuk mendukung upaya pencegahan dan penanganan penyakit. Dengan demikian, melalui penyaluran zakat kepada tenaga medis, umat Islam dapat menunaikan kewajiban agama serta turut berperan dalam mendukung kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
