Dzikir merupakan aktivitas ibadah yang menjadi landasan utama bagi umat Islam, sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan hadits Nabi. Allah SWT memerintahkan umat-Nya untuk mengingat-Nya sebanyak-banyaknya, serta bertasbih pada waktu pagi dan petang. Rasulullah SAW juga memberikan contoh nyata betapa pentingnya dzikir dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Kamus Al-Bisyri, dzikir berasal dari kata yang berarti menyebut atau mengucapkan asma Allah. Dalam konteks lain, dzikir juga dapat diartikan sebagai mengingat, memperhatikan, mengenang, atau bahkan mengambil pelajaran serta memahami ajaran-ajaran Allah. Dengan dzikir, seseorang dapat meraih rahmat, ketenangan, dan kasih sayang dari-Nya.
Adab dalam berdzikir sangatlah penting untuk menjalankan ibadah ini dengan benar dan efektif. Salah satu adab yang diajarkan adalah tidak minum saat berdzikir, karena panasnya dzikir dapat membakar kotoran-kotoran yang melekat pada hati. Para ulama juga menekankan agar dzikir dilakukan dalam keadaan suci, menghadap kiblat, serta menetralkan hati dari urusan duniawi.
Syekh Muhammad Nawawi Al-Jawi menjelaskan tentang sifat-sifat tercela yang ada dalam hati manusia, antara lain sabu’iyyah (sifat binatang buas), bahimiyyah (sifat kebinatangan), syaithaniyyah (sifat setan), dan uluhiyyah (sifat ketuhanan). Adapun Amin Syukur membagi sifat-sifat tersebut menjadi jalaliyyah (keagungan) dan jamaliyyah (kelembutan).
Dengan pemahaman akan pentingnya dzikir dan adab-adabnya, serta kesadaran akan kondisi hati, setiap muslim diharapkan dapat membersihkan hati dari penyakit-penyakitnya, menjernihkan yang kotor, dan menenteramkan yang bergejolak. Dzikir menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, meraih ketenangan jiwa, serta menyucikan hati dari segala bentuk kejahatan dan kesesatan.