Bulan Sya’ban telah tiba, membawa kenangan akan bulan Ramadhan yang mulia yang akan segera datang. Bagi yang masih memiliki utang puasa, saatnya untuk segera melunasi kewajiban tersebut sesuai dengan jumlah yang harus dipenuhi. Sayyidah Aisyah radlhiyallahu anha terkenal karena selalu menunaikan utang puasanya saat bulan Sya’ban tiba.
Dikisahkan bahwa Aisyah memilih bulan Sya’ban untuk mengqadha puasanya karena kesibukannya dalam melayani Rasulullah ﷺ. Para istri Nabi selalu siap untuk memenuhi kebutuhan Rasulullah ﷺ, termasuk Aisyah yang selalu mempersiapkan dirinya jika Rasulullah ingin berduaan dengannya. Kesibukan ini membuat Aisyah sulit untuk melunasi utang puasanya di luar bulan Sya’ban.
Menurut Ibnu Hajar al-Asqalani, Aisyah tidak pernah melakukan puasa sunnah karena pandangannya bahwa orang yang masih memiliki utang puasa wajib seharusnya tidak melakukan puasa sunnah. Hal ini terlihat dari keputusannya untuk tidak berpuasa sunnah mulai dari bulan Syawal hingga Rajab, ketika ia masih memiliki utang puasa wajib.
Bulan Sya’ban dipilih oleh Aisyah karena merupakan bulan di mana Nabi Muhammad ﷺ sering berpuasa sunnah. Oleh karena itu, salah satu istri Nabi akan meluangkan waktu untuk mengqadha puasa pada bulan tersebut. Pandangan Aisyah tentang puasa sunnah bagi orang yang memiliki utang puasa wajib juga turut memengaruhi keputusannya.
Hadits yang mengatakan bahwa qadha puasa Ramadhan bisa ditunda hingga bertemu Ramadhan berikutnya, namun harus diselesaikan sebelum masuk bulan Sya’ban, memberikan pemahaman bahwa qadha puasa tidak boleh ditunda terlalu lama. Ada perbedaan pendapat di antara ulama mengenai hal ini, namun kesimpulannya adalah qadha puasa wajib harus diselesaikan dengan segera.
Kisah tentang totalitas dan kebijaksanaan Aisyah dalam melayani Rasulullah ﷺ memberikan inspirasi bagi umat Islam. Allah memilih Aisyah sebagai istri Nabi dengan alasan yang bijaksana, karena kecerdasannya dan kesetiaannya dalam mendukung suaminya. Semoga kisah ini dapat memberi pelajaran dan inspirasi bagi kita semua.
