Setiap Muslim yang meninggal memiliki empat hak yang harus dipenuhi oleh Muslim lain di sekitarnya yang masih hidup. Keempat kewajiban tersebut meliputi memandikan, mengafani, menshalati, dan menguburkan jenazah.
Syekh Qalyubi dan Syekh Umairah menjelaskan tata cara mengiring jenazah dengan baik. Sebaiknya, pelayat mengiring jenazah dengan berjalan di depan agar jenazah tetap terlihat. Mengiring jenazah dengan berjalan di depan lebih disarankan daripada berada di belakang, baik untuk pejalan kaki maupun yang menggunakan kendaraan.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Syihab disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya selalu berjalan di depan jenazah. Meskipun demikian, penggunaan kendaraan saat mengiring jenazah hanya disarankan jika ada uzur, seperti sakit atau ketidakmampuan.
Syekh Ibrahim as-Syirazi menegaskan bahwa jika tidak ada alasan yang mendesak, lebih baik untuk mengiring jenazah dengan berjalan kaki daripada menggunakan kendaraan. Mengiring jenazah dengan berjalan di depan lebih utama daripada di belakang, bahkan jika jaraknya sangat dekat.
Sebuah hadits juga menekankan keutamaan mengiring jenazah dengan berjalan kaki. Rasulullah ﷺ pernah menegur masyarakat yang mengiring jenazah dengan naik kendaraan, menyatakan bahwa malaikat Allah berjalan kaki.
Selama mengiring jenazah, sebaiknya pelayat fokus pada dzikir dan pemikiran tentang kematian serta kehidupan setelahnya. Mengobrol tentang urusan duniawi atau bicara keras sebaiknya dihindari kecuali untuk membaca Al-Qur’an, dzikir, dan shalawat kepada Nabi ﷺ.
Adat mengiring jenazah sambil melantunkan dzikir “Lâ ilâha illallâh” sering dilakukan di Indonesia. Hal ini diperbolehkan selama dzikir tersebut tidak mengarah pada pembicaraan duniawi. Mengingat pentingnya fokus pada keagamaan selama prosesi pemakaman.
Dalam situasi tertentu, seperti pandemi atau penularan penyakit, cara mengiring jenazah dapat disesuaikan dengan kondisi yang aman, namun tetap menjaga prinsip-prinsip ajaran Islam terkait prosesi pemakaman.
Dengan demikian, mengiring jenazah bukan hanya sebagai tugas, tetapi juga sebagai kesempatan untuk merenungkan kehidupan, kematian, serta mendekatkan diri kepada Allah dalam proses perpisahan terakhir.