Dalam ajaran agama Islam, kurban merupakan salah satu ibadah yang memiliki ketentuan yang harus dipenuhi sesuai dengan syariat. Salah satu aspek penting dalam pelaksanaan kurban adalah cara menyedekahkan dagingnya. Umumnya, masyarakat membagikan daging kurban dalam kondisi mentah, namun ada pula yang memberikannya dalam kondisi masak, bahkan dalam bentuk kemasan seperti kornet.

Menurut pendapat kuat dalam mazhab Syafi’i, standar minimal daging kurban yang harus disedekahkan adalah kadar daging yang mencapai standar kelayakan pada umumnya, seperti satu plastik daging. Hal ini tidak mencukupi jika hanya diberikan kadar yang sangat sedikit. Daging minimal tersebut wajib diberikan kepada fakir/miskin, meskipun hanya satu orang. Sementara sisanya, mudlahhi (orang yang berkurban) diperbolehkan untuk memakannya sendiri atau memberikannya kepada orang kaya untuk dikonsumsi.

Lebih disukai jika semua daging kurban disedekahkan kecuali beberapa suapan yang dimakan mudlahhi untuk tujuan tabarruk (mengambil keberkahan). Untuk kurban sunnah, boleh dimakan sendiri, namun untuk kurban wajib harus disedekahkan seluruhnya dan tidak boleh dimakan oleh mudlahhi atau penerima manfaat.

Dalam hal distribusi daging kurban dalam keadaan masak, ulama memandangnya sebagai berikut. Kadar daging yang wajib diberikan kepada fakir/miskin sebaiknya dalam kondisi mentah agar mereka memiliki kebebasan untuk memanfaatkannya sesuai kebutuhan. Sedangkan untuk kadar daging yang melebihi batas minimal, mudlahhi diberi kebebasan dalam mendistribusikannya baik dalam keadaan mentah maupun masak, untuk orang kaya atau miskin. Pendistribusian dalam bentuk kemasan seperti kornet juga diperbolehkan.

Dengan demikian, hukum mendistribusikan daging kurban dalam bentuk masak atau kemasan tertentu adalah diperbolehkan asalkan sebagian daging sudah disedekahkan kepada fakir/miskin dalam kondisi mentah. Semoga informasi ini dapat membantu menjelaskan pentingnya mengetahui ketentuan distribusi daging kurban sesuai dengan ajaran agama Islam.