Tanggung jawab dalam melunasi utang merupakan salah satu indikator besar dari tingkat rasa tanggung jawab seseorang. Rasulullah pernah menjelaskan dalam haditsnya bahwa sebagian dari orang yang paling baik adalah yang paling baik dalam membayar utang.

Namun, bagaimana jika seseorang tidak memiliki uang yang cukup saat jatuh tempo pembayaran utang? Apakah wajib baginya untuk berutang pada orang lain guna melunasi utang tersebut?

Para ulama fiqih berpendapat bahwa seseorang tidak wajib untuk secara khusus mengupayakan dana guna melunasi utang. Jika seseorang dapat bekerja untuk menghasilkan uang secara layak, maka tidak diwajibkan baginya untuk bekerja khusus demi melunasi utang. Kemerdekaan individu diutamakan, sehingga bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari juga termasuk dalam rangka melunasi utang.

Dalam konteks berutang pada orang lain untuk melunasi utang, hal ini juga tidak diwajibkan. Meskipun dalam beberapa kasus, berutang pada orang lain dapat menjadi solusi terakhir untuk melunasi utang yang tertunda dalam jangka waktu yang lama. Namun, hal ini tidak boleh dijadikan alasan untuk teledor dalam membayar utang yang dimiliki.

Berkaitan dengan kewajiban pembayaran utang pada saat jatuh tempo, ulama syafi’iyah menekankan bahwa waktu pembayaran utang didasarkan pada saat seseorang memiliki harta yang cukup untuk melunasi utang tersebut. Jika seseorang tidak mampu membayar utang pada saat jatuh tempo, maka pihak yang memberi utang tidak berhak untuk menagihnya.

Dengan demikian, mengupayakan terwujudnya uang untuk melunasi utang dengan berutang pada orang lain tidak diwajibkan secara syariat. Meskipun demikian, penting untuk tetap menjaga kewajiban dalam membayar utang tanpa menjadi teledor. Mencari solusi terbaik dalam melunasi utang yang tidak mengorbankan hubungan dan harta benda merupakan langkah bijak dalam mengelola tanggung jawab keuangan dengan baik.