- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Mendalami Kekhusyuan dalam Shalat: Enam Hal yang Perlu Diperhatikan

Google Search Widget

Dalam praktik shalat, terdapat enam istilah yang memiliki kaitan erat dengan konsep kekhusyuan. Keenam hal tersebut, apabila dipadukan dengan baik, dapat membantu seseorang mencapai kualitas khusyu yang tinggi dalam ibadah shalat mereka.

Pertama-tama, hudhurul qalbi (hadirnya hati) mengacu pada kemampuan untuk memusatkan perhatian hati hanya pada makna kata-kata yang terucap dalam shalat, dengan mengosongkan hati dari gangguan pikiran yang tidak relevan. Hal ini menuntut adanya pemahaman dan penghafalan terhadap bacaan shalat.

Selanjutnya, pemahaman akan makna bacaan shalat (at-tafahum) menjadi langkah berikutnya setelah hudhurul qalbi. Pemahaman ini bervariasi antara individu satu dengan lainnya, bergantung pada tingkat kehadiran hati dan pengetahuan yang dimiliki mengenai Al-Qur’an serta dzikir. Pemahaman yang dalam akan membantu menambah kekhusyuan seorang individu saat menjalani shalat.

Jika hudhurul qalbi dan at-tafahum dapat dikategorikan sebagai aktivitas internal dalam upaya mencapai khusyu, maka empat konsep selanjutnya lebih bersifat aktivitas eksternal. Keempat konsep tersebut meliputi ta’dhim (pengagungan), haibah (rasa takut yang lahir dari pengagungan), raja’ (pengharapan), dan haya’ (rasa malu kepada Allah).

Ta’dhim mengarah pada kesadaran akan keagungan Allah sebagai Pengatur segala makhluk di alam semesta. Pengagungan ini, jika diiringi dengan hudhurul qalbi dan at-tafahum, dapat meningkatkan kualitas khusyu seseorang dalam shalat.

Haibah merupakan perasaan takut yang timbul dari pengagungan terhadap Allah, bukan dari potensi bahaya fisik. Rasa takut ini muncul karena kebesaran-Nya, seperti rasa takut seorang anak kepada orang tua. Merasakan haibah dalam shalat dapat meningkatkan kualitas kekhusyuan seseorang.

Raja’ menggambarkan harapan yang senantiasa hadir dalam hati akan keridhaan Allah. Seorang hamba seharusnya mengharapkan ridha-Nya dengan kesadaran akan kebesaran-Nya, sebagai bentuk pengabdian melalui shalat yang khusyu.

Haya’ adalah perasaan malu kepada kemurahan Allah. Meskipun seringkali melanggar larangan-Nya, seorang hamba masih berharap atas rahmat dan keridhaan-Nya. Perasaan malu ini mengingatkan bahwa segala karunia-Nya diberikan tanpa pamrih.

Keenam konsep ini seharusnya menjadi materi ajaran dan latihan bagi setiap individu saat menjalani shalat, sebagaimana disampaikan dalam Ihya’ Ulumiddin.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

November 21

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?