Shalat merupakan ibadah yang memiliki tujuan utama untuk mengingat Allah sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya, “Kerjakanlah shalat untuk mengingat-Ku” (QS Thaha: 14). Mengingat Allah adalah suatu kewajiban karena melupakan-Nya merupakan kesalahan besar mengingat segala nikmat yang diberikan-Nya kepada kita tanpa henti.
Salah satu hal yang sering terjadi dalam pelaksanaan shalat adalah kurangnya kekhusyukan. Shalat yang dilakukan tanpa kehadiran hati hanya akan menjadi rutinitas tanpa makna yang sebenarnya. Rasulullah saw pernah bersabda bahwa Allah tidak akan memperhatikan shalat seseorang jika hatinya tidak ikut hadir dalam ibadah tersebut.
Lebih lanjut, Allah menegaskan ancaman bagi orang-orang yang melaksanakan shalat secara lalai atau tanpa kekhusyukan. Dalam surat Al-Maun ayat 4-5, Allah menjelaskan betapa celakanya bagi orang-orang yang lalai dalam shalat.
Kekhusyukan dalam shalat merupakan aspek batiniah yang sangat penting. Selain dari tindakan-tindakan fisik yang dilakukan, kekhusyukan menjadi adab yang harus diperhatikan dalam setiap ibadah. Sebagaimana seorang tamu harus berlaku sopan kepada seorang presiden, begitu pula seorang hamba harus merasa lemah di hadapan Allah.
Dampak dari melaksanakan shalat dengan penuh kekhusyukan akan terasa dalam segala aspek kehidupan. Shalat tidak hanya membangun kesalehan secara individual, tetapi juga secara sosial. Ia membersihkan hati dari dosa-dosa dan membuka pintu-pintu kebaikan yang gaib.
Allah memerintahkan umat-Nya untuk mendirikan shalat sebagai sarana untuk menjauhi perbuatan tercela dan mungkar. Shalat adalah bentuk pengingat terbesar akan kebesaran-Nya. Maka, marilah kita tingkatkan kekhusyukan dalam shalat kita agar ibadah ini benar-benar membawa manfaat spiritual dan sosial bagi kehidupan kita.