Zakat penghasilan, juga dikenal sebagai zakat profesi, merupakan kewajiban zakat yang dikenakan pada setiap individu yang memperoleh penghasilan halal yang mencapai nisab (batas minimum untuk wajib zakat). Zakat ini menjadi kontroversial di antara para ulama fiqih, namun sebagian ulama mutakhir serta sejumlah sahabat, Tabiin, dan ulama lainnya menegaskan bahwa zakat penghasilan ini wajib.
Pendapat yang berbeda-beda muncul terkait dengan cara mengeluarkan zakat penghasilan, apakah dari penghasilan bruto (kotor) atau neto (bersih). Terdapat tiga pandangan yang umum ditemui:
- Pengeluaran Bruto: Zakat dikeluarkan dari penghasilan kotor sebelum dikurangi apapun. Contohnya, jika seseorang memperoleh penghasilan bulanan yang mencapai nisab, 2,5% dari jumlah tersebut langsung dikeluarkan sebagai zakat.
- Dipotong Operasional Kerja: Penghasilan setelah dikurangi biaya operasional kerja menjadi dasar perhitungan untuk zakat. Biaya operasional kerja dipotong terlebih dahulu sebelum zakat dikeluarkan.
- Pengeluaran Neto: Zakat dikeluarkan dari harta yang masih mencapai nisab setelah dikurangi kebutuhan pokok sehari-hari. Jika penghasilan setelah kebutuhan pokok tidak mencapai nisab, zakat tidak wajib.
Memilih antara bruto atau neto dalam mengeluarkan zakat penghasilan menjadi pertimbangan yang penting. Pemahaman yang matang terkait hal ini dapat membantu seseorang memenuhi kewajiban zakat dengan tepat. Dengan membayar zakat secara benar, diharapkan harta menjadi lebih berkah dan pemiliknya terhindar dari siksa Allah SWT.
Penting untuk selalu mengacu pada pandangan ulama serta merenungkan dengan seksama berbagai pendapat sebelum mengambil keputusan dalam mengeluarkan zakat penghasilan. Semoga dengan menjalankan kewajiban zakat, harta kita menjadi lebih bersih, berkembang, dan bermanfaat bagi kehidupan kita serta orang lain.
