Pada era digital seperti sekarang, berbagai hal dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, termasuk dalam hal mendapatkan pinjaman online. Meskipun terlihat praktis, namun tahukah Anda bahwa terdapat bahaya di balik pinjaman online ini?
Salah satu bahaya utama dari pinjaman online adalah kemudahan akses yang dapat membuat seseorang terjebak dalam lubang utang tanpa disadari. Lembaga penyedia jasa pembiayaan online seringkali tidak melakukan survei secara menyeluruh terhadap calon debitur, sedangkan debitur sendiri cenderung malas untuk membandingkan produk pinjaman yang ditawarkan.
Karakter rentenir online juga mudah dikenali dengan syarat pengajuan pinjaman yang terbilang mudah, seperti hanya memerlukan e-KTP untuk mendapatkan dana pinjaman dalam waktu singkat. Hal ini berbeda dengan proses pengajuan pinjaman di bank yang memerlukan data-data tambahan seperti NPWP, slip gaji, dan lain sebagainya sebagai langkah kehati-hatian agar terhindar dari risiko kredit macet.
Rentenir online seringkali menawarkan bunga yang terlihat kecil per hari, namun jika ditotal dalam jangka waktu tertentu, bunga tersebut dapat menjadi sangat besar. Sebagai contoh, sebuah pinjaman online dengan bunga 1% per hari dalam jangka waktu 30 hari akan berakhir dengan total pengembalian sebesar 30% dari nilai pinjaman. Jika tidak hati-hati, seseorang dapat terjebak dalam jerat utang yang sulit untuk keluar.
Tidak hanya itu, rentenir online juga kerap tidak berpijak pada dasar hukum yang berlaku dan mengandalkan teknologi untuk menjaring nasabah. Mereka seringkali menawarkan janji-janji manis tanpa memberikan informasi jelas mengenai denda keterlambatan atau syarat-syarat lainnya.
Dalam menghadapi maraknya pinjaman online, penting bagi kita sebagai konsumen untuk selalu waspada dan cerdas dalam mengambil keputusan. Peraturan dan undang-undang yang berlaku harus senantiasa menjadi acuan agar terhindar dari praktek rentenir online yang merugikan. Mari bijak dalam menggunakan layanan keuangan online dan selalu cermat sebelum mengambil keputusan!
