Setelah proses pemilihan presiden berlangsung, penting bagi kita untuk memperhatikan pandangan dan sikap yang harus dijalani terhadap pemimpin yang sah dan demokratis di Indonesia. Salah satu hal penting adalah kewajiban untuk taat kepada pemimpin dalam kebaikan, sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadits. Ketaatan kepada pemimpin diutamakan setelah ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Meskipun ketaatan kepada pemimpin wajib dilakukan, namun jika pemimpin memerintahkan untuk berbuat maksiat kepada Allah, maka tidak ada kewajiban untuk mendengar dan taat kepada mereka. Amar ma’ruf nahi munkar juga tetap diperbolehkan dalam batasan-batasan yang telah ditetapkan oleh syari’at.
Menghindari fitnah dan pertumpahan darah juga menjadi fokus penting dalam menjalani sikap terhadap pemimpin. Kewajiban untuk mendengar dan taat kepada penguasa juga disorot karena ketidaktaatan dapat membawa kekacauan dan kerugian bagi umat muslim. Rasulullah menekankan bahwa hancurnya dunia ini lebih ringan dosanya daripada terbunuhnya seorang muslim.
Selain itu, tidak diperkenankan untuk memberontak atau mencela pemimpin, namun amar ma’ruf nahi munkar tetap diperbolehkan dengan cara yang lemah lembut dan berdasarkan ilmu yang cukup. Doa untuk pemimpin juga sangat ditekankan agar Allah memberikan petunjuk kepada mereka.
Kesimpulannya, sikap terhadap pemimpin menurut ajaran Islam mengajarkan kita untuk taat dalam kebaikan, menghindari fitnah dan pertumpahan darah, serta menjalani amar ma’ruf nahi munkar dengan bijaksana. Semoga Allah memberikan kita pemimpin yang bertakwa dan menjadikan Indonesia sebagai negeri yang diridhai-Nya.