Syariat Islam mewajibkan umatnya untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban tertentu, di antaranya adalah shalat. Melaksanakan shalat merupakan kewajiban yang harus dilakukan umat Islam dengan melaksanakannya lima kali sehari. Kewajiban ini dijelaskan secara eksplisit dalam Al-Qur’an. Namun, apakah shalat yang diwajibkan bagi umat Islam terbatas hanya pada lima waktu saja?
Para ulama memiliki pandangan yang berbeda mengenai hal ini. Mayoritas ulama, seperti Imam Syafi’i, Imam Malik, dan Imam Ahmad berpendapat bahwa shalat wajib hanya terbatas pada lima waktu. Namun, menurut mazhab Hanafi, selain shalat lima waktu, terdapat pula shalat lain yang diwajibkan, seperti shalat Witir dan shalat ‘Id. Dengan demikian, menurut mazhab Hanafi, jumlah shalat yang wajib dilakukan dalam satu hari satu malam menjadi enam shalat.
Perbedaan pandangan ini tercermin dalam kitab al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah. Mazhab Hanafi membedakan antara istilah fardhu dan wajib. Fardhu adalah hal yang harus dilakukan dan akan mendapat dosa serta hukuman di neraka jika ditinggalkan, sementara wajib adalah hal yang harus dilakukan namun tidak sampai dihukumi kafir bagi orang yang mengingkarinya.
Meskipun masih ada perbedaan mengenai kefardhuan shalat Witir dan shalat ‘Id, disarankan untuk tetap melaksanakannya. Selain itu, terdapat pula shalat lain yang dihukumi wajib berdasarkan faktor-faktor tertentu, seperti shalat sunnah yang terikat nazar.
Salah satu hal yang juga wajib dilakukan adalah shalat qadha dari shalat fardhu lima waktu yang pernah ditinggalkan. Wajib bagi seseorang untuk melaksanakan qadha shalat fardhu, baik karena kelalaian tak disengaja maupun disengaja.
Dalam fiqih Islam, penting bagi umat Islam untuk memahami kewajiban shalat dalam pandangan mazhab yang dianut. Meskipun terdapat perbedaan pendapat di antara ulama, menjaga kewajiban shalat merupakan bagian penting dari ibadah umat Islam.
