Berdoa merupakan salah satu tindakan ibadah yang penting dalam agama Islam. Namun, penting untuk memperhatikan redaksi doa yang digunakan agar sesuai dengan ajaran agama. Dalam Islam, redaksi doa yang digunakan sebaiknya mantap dan tegas, seperti “Ya Allah kabulkan doaku”, bukan redaksi yang ragu-ragu seperti “Ya Allah kabulkanlah bila Engkau berkenan”.
Menurut ajaran Nabi Muhammad, berdoa dengan sungguh-sungguh adalah penting karena Allah akan mengabulkan doa sesuai dengan kehendak-Nya tanpa ada yang bisa memaksa-Nya. Namun, berdoa dengan terlalu memaksa hingga terkesan mengancam Allah, seperti “Bila Engkau tak mengabulkan permohonan ini, maka kami khawatir tak ada yang menyembahmu”, tidak dianjurkan dalam agama Islam.
Imam Ibnu Abidin juga menyatakan bahwa haram bagi seseorang untuk meminta sesuatu yang secara adat kebiasaan tidak mungkin terjadi. Misalnya, meminta kebebasan dari kebutuhan bernafas atau meminta kesembuhan dari penyakit selamanya. Hal tersebut dianggap sebagai tindakan yang tidak pantas dalam berdoa.
Selain itu, berdoa dengan redaksi yang berlebihan sehingga terkesan mengancam Allah atau menyatakan bahwa jika permohonan tidak dikabulkan, maka tidak akan ada lagi yang menyembah Allah, merupakan tindakan yang tidak benar dalam ajaran Islam. Berdoa seharusnya dilakukan dengan penuh keikhlasan dan keyakinan bahwa Allah akan mengabulkan doa sesuai dengan kehendak-Nya.
Dalam sejarah, terdapat contoh redaksi doa yang tegas dari Rasulullah SAW saat menghadapi perang Badar. Namun, konteks peristiwa tersebut sangat berbeda dengan kondisi masa kini. Umat Islam saat ini merupakan umat terbesar kedua di dunia, sehingga berdoa dengan redaksi yang terlalu memaksa atau mengancam tidaklah tepat.
Dengan demikian, penting bagi umat Islam untuk memperhatikan redaksi doa yang digunakan agar sesuai dengan ajaran agama dan dilakukan dengan penuh keikhlasan serta keyakinan. Allah SWT Maha Mengetahui segala sesuatu dan akan mengabulkan doa dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kehendak-Nya.