Dalam tafsir Imam Al-Qurthubi, kematian dipahami sebagai terputusnya hubungan ruh dengan badan, bukan akhir dari segalanya. Setiap manusia akan mengalami beberapa fase kehidupan, dan kematian hanyalah satu fase dari banyak fase tersebut. Menariknya, konsep intiqâlun min dârin ilâ dârin menggambarkan kematian sebagai perpindahan dari satu kampung ke kampung yang lain.
Alam kubur atau alam barzakh, tempat di mana manusia berada setelah meninggal dunia, bukanlah tempat yang sunyi. Di sana, mereka masih beraktivitas dalam kehidupan yang berbeda dengan dunia. Bagi yang taat kepada Allah, alam kubur bisa menjadi rumah yang nyaman; namun bagi yang melanggar aturan-Nya, alam kubur bisa berubah menjadi penjara yang menyiksa.
Imam Ibnu Qayim Al-Jauzi menjelaskan bahwa arwah ada dua macam: arwah yang disiksa dan arwah yang diberi nikmat. Arwah yang disiksa tidak bisa berinteraksi, sementara arwah yang diberi nikmat bebas untuk bertemu dan mengingat masa lalu.
Kita sedang membangun ‘rumah’ atau ‘penjara’ kita di alam kubur dengan amalan-amalan kita di dunia. Ketaatan kepada Allah akan membawa kesenangan di alam kubur, sementara pelanggaran aturan-Nya akan mengakibatkan penderitaan.
Setiap tindakan yang kita lakukan saat ini sebenarnya sedang membentuk bagaimana kehidupan kita nantinya setelah kematian. Semoga kita dapat memperbaiki diri dan meningkatkan ketaatan kepada Allah.