- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Memahami Tujuan Dasar Syariat: Maslahat Primer

Google Search Widget

Allah SWT dalam Al-Qur’an menyatakan bahwa “Telah tampak kerusakan baik di darat dan di lautan adalah disebabkan oleh ulah manusia.” Ayat ini mengingatkan kita untuk menjauhi segala hal yang bisa menimbulkan kerusakan. Dalam upaya mewujudkan kemaslahatan dan mencegah kerusakan, para fuqaha merumuskan konsep istishlah. Dalam konteks tersebut, kalangan Syafi’iyah menerima konsep maslahat setelah dua abad sejak Sang Imam wafat. Ada tiga tingkatan maslahah berdasarkan keutamaan yang ingin dicapai menurut syariat, yaitu: maslahah primer, maslahah sekunder, dan maslahah tersier.

Maslahat primer dari syariat adalah fokus pada usaha untuk mencapai keselamatan dunia dan akhirat bagi individu mukallaf. Hal ini berarti bahwa usaha untuk menjaga kemaslahatan dunia tidak boleh mengorbankan akhirat, dan sebaliknya. Keselamatan dunia dan akhirat merupakan inti ajaran agama. Doa sehari-hari kita mencerminkan keinginan akan kebaikan di dunia dan akhirat serta perlindungan dari siksa neraka.

Kemaslahatan akhirat berkaitan erat dengan tanggung jawab seorang muslim dalam pengabdian kepada Allah SWT. Pengabdian ini tercermin dalam praktik ibadah seperti sholat, zakat, puasa, dan haji. Meskipun seseorang sibuk, ia tetap harus memperhatikan kewajiban ibadahnya. Contohnya, dalam kondisi hujan deras saat sholat Jumat, seseorang diperbolehkan meninggalkan sholat Jumat jika jaraknya jauh dan hujannya lebat, namun wajib melaksanakan sholat dhuhur.

Selain itu, penjagaan terhadap jiwa, akal, keturunan, dan harta juga penting dalam Islam. Syariat Islam mengatur tata cara dalam melindungi aspek-aspek tersebut. Misalnya, Islam melarang membunuh tanpa hak, mengonsumsi hal-hal yang merusak akal, serta mencuri atau merampas harta orang lain. Semua aturan tersebut bertujuan untuk memastikan kehalalan semua aspek kehidupan individu.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam menjaga agama, jiwa, keturunan, akal, dan harta, seorang individu muslim dapat dianggap sebagai individu yang beruntung. QS. Al-Mu’minun: 1-5 menekankan pentingnya menjalankan ajaran agama dengan khusyu’, menjauhi perbuatan sia-sia, melaksanakan zakat, dan menjaga kemaluan.

Melalui pemahaman mendalam tentang tujuan dasar syariat, kita dapat meraih keselamatan dunia dan akhirat serta menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran agama yang penuh keberkahan.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

April 17

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?