- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Sejarah Penamaan Hari Jumat: Makna dan Perubahan Signifikan

Google Search Widget

Hari Jumat, dalam bahasa Arab disebut “Jum’at”, memiliki sejarah panjang dan signifikan dalam perubahan penamaan hari. Pada masa Arab Jahiliyah, hari yang sekarang kita kenal sebagai hari Jumat, dulunya dikenal sebagai hari ‘Arubah. Hari ‘Arubah dipandang sebagai hari kebanggaan, kesombongan, dan pamer diri bagi orang Arab pada masa itu.

Namun, ketika Islam datang, nama hari ‘Arubah berubah menjadi hari Jumat. Perubahan ini didasari oleh nilai-nilai keimanan, ketakwaan, dan persatuan umat dalam menjalankan ibadah. Hari Jumat dianggap sebagai hari penuh berkah dan keistimewaan, sehingga disebut sebagai “Sayyidul Ayyam” atau tuan dari hari-hari.

Ada beragam pendapat mengenai asal-usul penamaan “Jumat”. Salah satunya menyebutkan bahwa nama ini dipilih karena pada hari itu Adam diciptakan oleh Allah. Selain itu, terdapat pendapat lain yang mengatakan bahwa hari Jumat menjadi hari kumpul umat untuk melaksanakan salat Jumat di masjid besar.

Hari Jumat tidak hanya sekadar sebuah nama hari, tetapi juga menjadi momen penyatuan umat, penguatan keimanan, serta mempererat tali silaturahim antar-muslim. Pesan-pesan dalam khutbah Jumat mengajarkan untuk meningkatkan kualitas spiritual dan menjauhkan diri dari sikap sombong serta dengki.

Meskipun hari Jumat menggantikan hari ‘Arubah, namun nilai-nilai keimanan dan ketakwaan yang terkandung di dalamnya tetap menjadi fokus utama. Keangkuhan dan kesombongan manusia dapat terkikis dengan menjalani hari Jumat dengan penuh keikhlasan dan kebersihan hati. Semoga kita senantiasa mendapat manfaat dari makna dan hikmah di balik penamaan dan perubahan signifikan pada hari yang mulia ini.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

July 10

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?