Shalat Isyraq dan Shalat Dhuha, dua jenis shalat yang dilakukan pada waktu matahari terbit, mungkin menimbulkan pertanyaan tentang perbedaan di antara keduanya. Istilah “Isyraq” berasal dari kata yang berarti terbit, menunjukkan bahwa shalat Isyraq dilakukan saat fajar. Meskipun keduanya dilakukan pada waktu yang sama, apakah ada perbedaan substansial di antara keduanya atau hanya perbedaan istilah semata?
Ulama telah berbeda pendapat mengenai hal ini. Hujjatul Islam Al-Ghazali mempopulerkan shalat Isyraq sebagai shalat yang berbeda dengan shalat Dhuha. Namun, Imam Hakim berpendapat bahwa keduanya sebenarnya sama berdasarkan hadits yang menyebutkan bahwa shalat Isyraq juga dikenal sebagai shalat awwabin, yang merupakan nama lain dari shalat Dhuha.
Sesuai dengan pandangan bahwa keduanya berbeda, niat shalat Isyraq harus berbeda dengan niat shalat Dhuha. Shalat Isyraq dilakukan dengan dua rakaat sesuai dengan tuntunan hadits, sehingga menambahkan rakaat setelahnya dengan niat shalat Isyraq dianggap tidak sah.
Waktu pelaksanaan shalat Isyraq dimulai saat matahari terbit hingga matahari mencapai ketinggian satu tombak di atas horison, berakhir saat matahari mulai menjulang tinggi sekitar seperempat siang. Shalat ini bisa diqadla’ jika terlambat dilaksanakan, karena merupakan kesunnahan tersendiri.
Pada rakaat pertama shalat Isyraq disunnahkan membaca surat ad-Dhuha, sedangkan pada rakaat kedua disunnahkan membaca surat al-Insyirah. Setelah selesai shalat, ada doa yang disarankan untuk dibaca.
Perdebatan mengenai apakah shalat Dhuha dan Isyraq sama atau berbeda tetap menjadi topik diskusi di kalangan ulama. Hal ini memengaruhi niat shalat, batas waktu pelaksanaan, dan jumlah rakaatnya.
Dengan demikian, penting untuk memahami perbedaan dan persamaan antara shalat Isyraq dan Dhuha sesuai dengan pandangan ulama yang dipercayai. Semoga informasi ini bermanfaat bagi kita semua.
