Dalam melakukan ziarah kubur, setiap orang memiliki cara yang berbeda-beda. Ada yang cukup membaca Surat Yasin dan Tahlil, namun ada pula yang merasa perlu untuk mendekati makam dengan tindakan lebih nyata seperti mencium nisan, mengusap tanah di sekitar makam, atau menunjukkan ekspresi lain yang biasa terlihat saat ziarah.
Namun, penting untuk memahami bahwa bersikap berlebihan dalam urusan keagamaan adalah sesuatu yang sebaiknya dihindari. Rasulullah ﷺ pernah mengingatkan agar menjauhi sikap berlebihan dalam agama, karena hal tersebut dapat membawa kerugian kepada umat sebelumnya.
Salah satu contoh perilaku berlebihan terkait ziarah kubur adalah seperti yang dilakukan oleh kaum Yahudi dan Nasrani dahulu, yang menjadikan makam para nabi mereka sebagai tempat ibadah. Hal ini sebaiknya dihindari karena dapat mengaburkan makna ibadah yang seharusnya hanya ditujukan kepada Allah.
Para ulama sepakat bahwa mencium nisan kuburan saat ziarah termasuk dalam kategori berlebihan dan bid’ah yang sebaiknya dihindari. Bahkan, menurut Imam Abu al-Hasan al-Marzuki, tindakan ini termasuk dalam bid’ah munkarah yang tidak dianjurkan dan sebaiknya dihindari.
Mencium nisan kuburan juga dianggap sebagai perilaku yang biasa dilakukan oleh kaum Nasrani, sehingga sebaiknya tidak dicontoh. Namun, ada pengecualian jika tindakan mencium nisan dilakukan dengan niatan tabarruk (mengharap berkah) dari orang yang berziarah kepada mayit yang saleh.
Dalam hal ini, penting untuk memperhatikan bahwa bolehnya mencium nisan hanya berlaku jika ada niat tabarruk, terutama pada makam orang-orang saleh. Namun, secara umum, mencium nisan kuburan termasuk dalam kategori bid’ah munkarah yang sebaiknya dihindari.
Dengan demikian, dalam melaksanakan ziarah kubur, disarankan untuk menghindari tindakan mencium nisan kecuali jika dilakukan dengan niatan tabarruk pada mayit yang bersemayam di kuburan. Semoga penjelasan ini bermanfaat dan dapat menjadi panduan bagi kita dalam melaksanakan ibadah dengan benar.