Di antara amalan umat Islam di Indonesia menjelang pergantian tahun Hijriyah yang sering dituduh sebagai bid’ah dan sesat adalah doa awal dan akhir tahun. Padahal, doa ini telah menjadi bagian dari tradisi umat Islam di Indonesia sejak lama dan diwariskan oleh para ulama Ahlussunnah wal Jamaah sebelumnya.
Ada tiga sumber doa yang hampir sama redaksinya, kecuali beberapa kata saja. Berikut penjelasannya:
Doa Tahun Baru Versi PP Lirboyo Kota Kediri Doa tahun baru pertama berasal dari selebaran resmi PP Lirboyo Kota Kediri Jawa Timur. Doa ini terus diamalkan secara berjamaah oleh santri PP Lirboyo dan masyarakat Kota Kediri di Masjid Agung Kediri setiap tahun baru.
Doa ini terdiri dari:
- Doa akhir tahun yang dianjurkan untuk dibaca tiga kali setelah shalat Ashar pada hari terakhir bulan Zulhijjah.
- Doa akhir tahun yang dibaca setelah shalat Maghrib pada awal tahun atau tanggal 1 Muharram.
Doa Tahun Baru Versi Kitab Kanzun Najah was Surur Sumber kedua berasal dari kitab Kanzun Najah was Surur karya Syekh Abdul Hamid bin Muhammad Ali Kudus. Hanya terdapat satu doa akhir tahun yang disebut hari terakhir bulan Zulhijjah.
Doa Tahun Baru Versi Kitab Al-Fathul Mubin wad Durrut Tsamin Sumber ketiga berasal dari kitab Al-Fathul Mubin wad Durrut Tsamin karya Syekh Abdullah bin Muhammad Al-Khayyath Al-Harusyi. Doa ini lebih ringkas daripada dua sumber sebelumnya.
Doa akhir tahun ini juga disertai dengan keterangan khasiatnya sebagaimana dalam kitab Kanzun Najah was Surur. Sementara doa awal tahunnya mengandung permohonan perlindungan dan kebaikan untuk tahun yang baru.
Penting bagi kita untuk memilih doa yang sesuai waktu yang tersedia dan selalu mengingat Allah serta berusaha menuju perubahan ke arah yang lebih baik di tahun baru ini. Semoga informasi ini bermanfaat bagi pembaca. Amin.