Shalat Idul Fitri dan Idul Adha selalu menjadi momen penting bagi umat Islam. Dua shalat ini tidak hanya sebagai ibadah, tetapi juga sebagai ajang silaturahim dan berbagi dengan sesama, terutama fakir miskin. Pada hari Idul Fitri, umat Islam diwajibkan membayar zakat fitrah sebelumnya, sementara pada Idul Adha, disunnahkan untuk menyembelih hewan kurban.
Salah satu anjuran yang sering dilupakan adalah pergi dan pulang dari shalat Id dengan menggunakan jalan yang berbeda. Hal ini didasari oleh tindakan Rasulullah SAW yang pergi dan pulang dari shalat Id melalui rute yang berbeda. Menurut penafsiran ulama, ada beberapa alasan mengapa Rasulullah melakukan hal ini.
Pertama, ada yang mengatakan bahwa Rasulullah ingin mempercepat perjalanan pulang. Dengan melewati jalan yang berbeda, Rasulullah mungkin dapat memperoleh pahala yang berbeda pula. Ada juga yang berpendapat bahwa melihat wajah Rasulullah merupakan kebahagiaan tersendiri dan rahmat, sehingga dengan melewati jalan yang berbeda, semua orang dapat merasakan rahmat tersebut.
Ada pula yang menyebutkan bahwa Rasulullah melewati jalan berbeda agar dapat bersedekah kepada lebih banyak orang. Jika melewati satu jalan saja, maka sedekahnya tidak akan merata. Dengan melewati jalan yang berbeda, sedekahnya dapat tersebar lebih merata kepada masyarakat.
Meskipun alasan-alasan tersebut dapat dipahami, Rasulullah sendiri tidak menjelaskan secara langsung mengapa beliau pergi dan pulang shalat Id melalui jalan yang berbeda. Meski begitu, ulama tetap menyarankan umat Islam untuk mengikuti tindakan Rasulullah tersebut, meskipun tidak semua tindakan beliau dapat dipahami secara rasional.
Anjuran pergi dan pulang shalat Id melalui jalan yang berbeda ini menjadi salah satu bentuk upaya untuk menjaga tradisi dan sunnah Rasulullah SAW agar tetap terjaga dan diikuti oleh umat Islam hingga saat ini.