- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Keterhormatan dalam Pemberian: Amanah untuk Berbagi

Google Search Widget

Dalam masyarakat, status sosial merupakan suatu hal yang nyata. Orang-orang tertentu ditempatkan pada status sosial tinggi karena memenuhi kriteria yang berlaku. Mereka yang termasuk dalam kelompok ini sering disebut sebagai orang-orang terhormat. Di Jawa, terdapat kebiasaan yang dikenal sebagai “punjungan” atau hadiah, yang merupakan pemberian untuk memberikan penghormatan kepada individu yang dihormati. Hadiah ini dapat berupa berbagai hal seperti parsel lebaran, bingkisan, atau barang lainnya. Tidak jarang, hadiah-hadiah tersebut berupa buah-buahan atau makanan basah seperti kue.

Ketika hadiah-hadiah tersebut diterima oleh penerima, barang-barang tersebut dapat diartikan sebagai simbol keterhormatan bagi mereka. Namun, jika pemaknaan ini dipegang terlalu kuat, penerima cenderung enggan untuk membagikannya kepada orang lain. Bahkan, mereka bisa mempertahankan barang tersebut hingga busuk. Hal ini dapat menyebabkan mereka dianggap sebagai orang yang boros. Namun, ketika kondisi barang sudah tidak layak lagi dan mulai mengganggu, barulah mereka memikirkan untuk membagikannya kepada orang lain. Namun, tindakan ini sering terlambat karena para penerima dapat merasa tersinggung atau bahkan marah jika barang tersebut benar-benar dikirim kepada mereka.

Akhirnya, penerima hadiah harus memutuskan untuk membuangnya ke tempat sampah karena tidak layak lagi sebagai simbol keterhormatan. Simbolisasi keterhormatan dengan benda-benda duniawi yang fana seperti parsel atau bingkisan lainnya yang bisa membusuk dapat dianggap sebagai tindakan pemborosan yang sia-sia. Pelaku dari tindakan ini disebut sebagai orang yang boros.

Dalam Al-Qur’an, disebutkan bahwa orang-orang yang boros memiliki kedekatan dengan setan sebagaimana disinggung dalam Surat Al-Isra, Ayat 27: “Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan sangat ingkar kepada Tuhannya.” Ayat ini dimaksudkan untuk mengingatkan orang-orang yang suka berbuat pemborosan agar berhenti dari kebiasaan sia-sia tersebut. Jika tidak berhenti, mereka dianggap berkawan atau bersaudara dengan setan yang terkutuk.

Karenanya, penting bagi kita untuk memaknai pemberian hadiah seperti parsel atau bingkisan lainnya sebagai amanah untuk berbagi dengan orang lain sejak awal. Dengan demikian, kita akan lebih cenderung untuk segera membagikannya kepada orang lain ketika barang masih dalam keadaan baik, sehingga penerima akan senang menerimanya. Dengan melakukan hal ini, keterhormatan kita akan lebih berkesan karena didasari oleh amal kebaikan yang akan menjadikan kita sebagai orang mulia sesungguhnya.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

February 6

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?