- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Pujian Kepada Allah: Makna dan Keharusan Mengucapkan “Alhamdulillah”

Google Search Widget

Setiap Muslim pasti familiar dengan kalimat “alhamdulillah [الحمد لله]”. Dalam dunia pesantren, kalimat ini mengandung makna bahwa segala pujian hanya layak bagi Allah semata. Secara etimologis dalam bahasa Arab, kalimat tersebut berasal dari “حمدت حمدا لله (hamidtu hamdan lillahi [Aku telah memuji dengan suatu pujian untuk Allah])”.

Dari perspektif bahasa, asal-usul kalimat “alhamdulillah [الحمد لله]” mengalami perubahan dari al-jumlah al-fi’liyyah ke al-jumlah al-ismiyyah. Hal ini menunjukkan bahwa keberlangsungan dan kontinuitas pujian hanya diperoleh melalui peralihan ini.

Pujian tersebut secara khusus hanya ditujukan kepada Allah ta’ala, yang tercermin dari penyusunan kalimat yang sempurna. Hal ini mengingatkan kita untuk senantiasa memuji-Nya dengan penuh pengagungan, tanpa terpengaruh oleh pujian manusia.

Mengucapkan “alhamdulillah” juga membawa makna bahwa kita tidak terlalu tergila-gila pada pujian, menghindari kesombongan, dan tetap fokus menunaikan tugas-tugas dengan kesadaran diri. Meskipun demikian, kita tetap harus memberikan apresiasi pada hal-hal baik yang dilakukan oleh siapa pun.

Penting untuk selalu mengingat bahwa setiap pujian pada hakikatnya hanya layak bagi Allah, dan kita sebagai hamba-Nya seharusnya bersyukur atas segala nikmat yang diberikan-Nya.

Melalui ungkapan “alhamdulillah”, kita tidak hanya mengakui keagungan Allah, tetapi juga merenungkan betapa pentingnya menjaga kesederhanaan dan kepatuhan pada-Nya dalam setiap langkah kehidupan kita.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

November 22

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?