Pembagian warisan merupakan salah satu masalah penting dalam hukum Islam yang harus diatur dengan cermat. Salah satu masalah yang sering muncul dalam pembagian warisan adalah masalah ‘aul, yang terjadi ketika jumlah bagian warisan yang didistribusikan melebihi jumlah asal masalah yang telah ditentukan.

Menurut Imam Muhammad bin Ali Ar-Rahabi, terdapat tujuh asal masalah dalam pembagian warisan, di mana tiga di antaranya dapat mengalami ‘aul dan empat lainnya tidak akan pernah mengalami ‘aul. Asal masalah yang dapat mengalami ‘aul menurut Wahbah Az-Zuhaili adalah 6, 12, dan 24, sedangkan yang tidak akan mengalami ‘aul adalah 2, 3, 4, dan 8.

Apa itu ‘aul? Secara bahasa, ‘aul berarti meningkat atau melebihi batas. Dalam konteks ilmu faraidl, ‘aul mengacu pada peningkatan jumlah siham (bagian warisan) melebihi asal masalah yang telah ditentukan, yang menyebabkan kekurangan bagi ahli waris.

Untuk mengatasi masalah ‘aul, para ulama faraidl menyarankan agar asal masalah yang mengalami ‘aul tidak digunakan untuk pembagian warisan. Sebagai gantinya, jumlah siham yang digunakan sebagai acuan bagi pembagian warisan.

Dalam kasus konkret, jika terjadi masalah ‘aul dengan asal masalah 6 dan jumlah siham 7, pembagian warisan harus dilakukan dengan membagi nominal harta waris menjadi 7 bagian agar tidak terjadi kekurangan. Hal ini memastikan pembagian warisan dapat dilakukan secara adil dan tepat.

Masalah ‘aul sering terjadi pada asal masalah 6, 12, dan 24. Misalnya, asal masalah 6 dapat mengalami ‘aul dengan variasi nilai seperti 7, 8, 9, dan 10. Hal serupa juga terjadi pada asal masalah 12 dan 24 dengan nilai ‘aul yang berbeda-beda.

Dengan pemahaman yang benar mengenai masalah ‘aul dan penyelesaiannya sesuai ajaran agama Islam, pembagian warisan dapat dilakukan secara adil dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semoga informasi ini bermanfaat untuk memahami lebih dalam mengenai masalah ‘aul dalam pembagian warisan menurut hukum Islam.