- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Toleransi dalam Keberagaman: Belajar dari KH Hasyim Asy’ari

Google Search Widget

Semakin berkembangnya zaman, perbedaan pendapat di masyarakat Indonesia semakin meruncing. Namun, penting bagi kita untuk memandang perbedaan ini dengan jernih dan proporsional agar tidak terjerumus ke dalam jurang permusuhan sesama anak bangsa. Perbedaan pendapat, terutama dalam hal keagamaan, adalah hal yang wajar. Bahkan, para sahabat yang merupakan umat terbaik pun pernah berbeda pendapat tanpa saling mencaci atau menjatuhkan satu sama lain.

Contoh dari sejarah menunjukkan bahwa tokoh-tokoh ulama besar seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Ahmad bin Hanbal, dan Imam Syafi’i pun pernah berbeda pendapat dalam banyak masalah. Namun, mereka tetap saling mengasihi dan menghormati satu sama lain. Bahkan, Imam Syafi’i pernah menunjukkan sikap penghormatan kepada Imam Abu Hanifah meskipun beda pendapat dengan cara membaca Al-Qur’an di makam beliau.

KH Hasyim Asy’ari, dalam ajarannya, menekankan pentingnya tidak memusuhi sesama Muslim atas dasar perbedaan pendapat. Menurut beliau, memusuhi atau tidak mau menyapa sesama Muslim lebih dari tiga hari merupakan dosa besar karena dapat memutus tali persaudaraan, menyakiti hati sesama, dan menimbulkan kerusakan. KH Hasyim Asy’ari juga menegaskan bahwa memusuhi sesama Muslim hanya diperbolehkan jika untuk kebaikan orang yang memusuhi atau yang dimusuhi. Diluar itu, memusuhi sesama tetap diharamkan.

Dalam konteks zaman sekarang, KH Hasyim Asy’ari menegaskan bahwa permusuhan antar sesama tidak akan membawa kebaikan agama atau dunia. Sebaliknya, tindakan tersebut dapat menimbulkan kerusakan yang berujung pada dosa besar. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk belajar dari ajaran toleransi yang diajarkan oleh KH Hasyim Asy’ari agar dapat hidup berdampingan secara damai dalam keberagaman.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

November 22

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?