Shalat dhuha merupakan salah satu shalat sunah yang memiliki kaitan erat dengan waktu pelaksanaannya. Shalat ini harus dikerjakan pada waktu yang telah ditentukan, yaitu saat waktu dhuha. Namun, shalat ini tidak boleh dilakukan pada waktu-waktu yang diharamkan.

Menurut penuturan beberapa ulama, waktu shalat dhuha dimulai sejak naiknya matahari hingga sebelum tergelincir. Waktu ini dibagi menjadi tiga bagian. Pertama, waktu dhahwah dimulai saat matahari terbit. Kedua, waktu dhuha yang berlangsung setelah naiknya matahari. Ketiga, waktu dhaha dimulai setelah waktu dhuha hingga matahari tergelincir.

Penting untuk dipahami bahwa waktu shalat dhuha bukanlah saat terbitnya matahari, melainkan setelah melewati ketinggian tertentu. Setelah matahari naik melewati titik tertentu, barulah memasuki waktu shalat dhuha yang berlangsung hingga matahari tepat di atas langit.

Ada perbedaan pendapat mengenai ukuran satu tumbak yang menjadi patokan dalam hadits Rasulullah SAW. Beberapa ulama menyebutkan ukurannya berbeda-beda, mulai dari ukuran tak standar hingga standar. Namun, umumnya satu tumbak dapat diartikan sebagai sekitar 2,5 meter atau tujuh hasta dalam pandangan mata telanjang.

Untuk memudahkan penentuan waktu shalat dhuha, dapat merujuk pada jadwal imsakiah yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga resmi seperti Kementerian Agama RI, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Lembaga Falakiyah NU, dan lembaga lainnya. Dengan cara ini, waktu shalat dhuha bisa ditentukan dengan lebih pasti berdasarkan waktu syuruq atau terbitnya matahari.

Selain itu, terdapat cara lain untuk mengetahui waktu shalat dhuha yaitu dengan melihat panjang bayangan suatu benda. Jika panjang bayangan tersebut sama dengan tinggi benda pada saat tertentu, maka itulah masanya untuk shalat dhuha.

Semoga penjelasan singkat ini dapat membantu dalam memahami dan menentukan waktu pelaksanaan shalat dhuha dengan lebih baik.