Kewajiban manusia terhadap orang yang telah meninggal dunia termasuk dalam proses pemakaman yang meliputi mandi mayat, mengkafani, dan menshalati. Jika salah satu dari proses tersebut tidak dilakukan dengan benar, maka wilayah tersebut terkena dosa karena keempatnya merupakan kewajiban bersama. Namun, jika ada satu bagian dari proses tersebut yang dilakukan oleh seseorang, maka kewajiban yang lainnya tergugur.
Dalam masyarakat, seringkali terjadi kasus dimana kuburan digali kembali dan mayatnya diambil. Dalam fiqih Islam, dijelaskan bahwa ada empat alasan yang membolehkan sebuah kuburan untuk dibuka kembali. Sheikh Salim bin Sumair Al-Hadlrami dalam kitabnya Safînatun Najâ menyebutkan bahwa kuburan boleh digali kembali untuk alasan-alasan berikut:
- Mandikan Mayat: Mayat boleh digali kembali untuk dimandikan jika kondisinya belum berubah.
- Hadapkan ke Arah Kiblat: Jika mayat tidak dihadapkan ke arah kiblat, maka wajib untuk menggali kembali kuburan tersebut dan menghadapkannya ke arah kiblat.
- Harta Terkubur: Jika terdapat harta seperti cincin yang ikut terkubur, maka kuburan boleh dibuka untuk mengambil harta tersebut.
- Janin dalam Rahim: Mayat perempuan yang sedang mengandung dan janinnya masih hidup, maka kuburan wajib digali kembali.
Sheikh Muhammad Nawawi Banten juga menjelaskan bahwa jika harta yang ikut terkubur sebelumnya ditelan oleh mayat ketika masih hidup, maka tindakan yang diambil akan berbeda tergantung pada kepemilikan harta tersebut. Jika harta tersebut milik pribadi mayat, kuburan tidak perlu digali lagi. Namun, jika harta itu milik orang lain dan menuntut untuk dikembalikan, maka kuburan harus digali lagi.
Dalam Islam, terdapat aturan yang jelas mengenai pembongkaran kuburan dan hal-hal yang memperbolehkannya dilakukan. Semoga pemahaman ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas mengenai tata cara pemakaman dalam agama Islam.
