Dalam ibadah shalat, terdapat istilah takbir intiqâl yang mengacu pada kesunahan mengucapkan kalimat takbir “الله اكبر” setiap kali perpindahan gerak. Namun, ada satu keistimewaan yang berbeda ketika seseorang bangun dari ruku’, yaitu pengucapan kalimat tasmi’ “سمع الله لمن حمده”. Hal ini berbeda dengan ucapan takbir yang biasanya dilakukan.
Kisah yang disampaikan oleh Syekh Abu Bakar Syatha Ad-Dimyathi dalam kitab I’anatut Thalibin menceritakan alasan di balik perbedaan kesunahan ucapan saat bangun dari ruku’ ini. Kisah tersebut bermula dari keteguhan Sahabat Abu Bakar As-Shiddiq RA dalam menjaga kewajiban salat berjama’ah di belakang Rasulullah SAW. Hingga suatu ketika, Sahabat Abu Bakar tertinggal shalat ashar bersama Rasulullah SAW. Dalam kekhawatiran dan kesedihannya, ia masuk masjid dan masih dapat melihat Rasulullah sedang ruku’. Dengan penuh syukur, ia mengucapkan “Alhamdulillah” sebagai bentuk pujian kepada Allah, kemudian melanjutkan shalat bersama Rasulullah SAW.
Jibril turun dan menyampaikan pesan kepada Nabi Muhammad SAW saat itu, bahwa ucapan “سمع الله لمن حمده” harus dibaca setiap kali bangun dari ruku’. Sebelum peristiwa ini, ucapan yang dibaca adalah takbir. Berkat keteguhan dan keistimewaan Sahabat Abu Bakar RA, tasmi’ menjadi kesunahan saat bangun dari ruku’.
Dari kisah di atas, kita dapat memahami bahwa kesunahan tasmi’ saat bangun dari ruku’ adalah bentuk penghargaan atas keteguhan Sahabat Abu Bakar RA dalam menjaga ketaatan dalam salat berjama’ah bersama Rasulullah SAW. Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari kisah ini.